Candi Kedulan, Puzzle dari Masa Lalu

Candi Kedulan

Kita lanjutkan petualangan candi kita. Siapkan buku Sejarah kalian, anak-anak. :))

Kali ini kita akan jalan-jalan ke Candi Kedulan, sebuah candi yang tergolong “baru” dan masih dalam tahap ekskavasi (penggalian dan penyusunan kembali).

Candi, adalah sebuah bangunan hasil karya manusia yang unik dan cantik. Bayangkan saja, batu-batu andesit bisa dipotong sedemikian rupa dan disusun dengan kokoh.

Yang membuat saya kagum, bagaimana mereka melakukannyca? Teknologi apa dan bagaimana perhitungannya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya. Inilah sebabnya kenapa saya gandrung banget dolan ke candi-candi.

Candi Kedulan terletak di Bulak Perung, Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman, sekitar 4 km ke arah barat-laut dari Candi Kalasan.

Candi ini terletak di sebidang tanah yang dijadikan lokasi penambangan pasir. Candi ini ditemukan pada tahun 1993 ketika para penambang pasir menggali tanah hingga kedalaman 3 m.

Setelah digali, ternyata kedalaman candi mencapai 7 meter. Dari lapisan tanah yang menutupi candi tersebut, diduga candi ini telah terkubur lahar dari letusan Merapi sebanyak 13 kali sekitar abad ke-9 hingga ke-13.

Hm.. Dilihat sekilas, susunan candi ini mengingatkan saya pada Candi Sambisari. 3 buah candi perwara di depan sebuah candi induk ditambah bentuk tubuh candi dan atap yang sudah berhasil disusun kembali, menguatkan dugaan saya. Ukir-ukirannya, tata letak ruangannya, bentuk atapnya, Candi Sambisari banget! 😉

Jika kita ke sini, kita akan menemukan batu-batu candi berserakan di sebelah utara lokasi penggalian. Mungkin batu-batu ini dipilah-pilah untuk mencari susunan yang tepat. Sedangkan di sebelah barat lokasi penggalian, kita akan menemukan badan dan atap candi yang telah berhasil disusun ulang.

Badan candi yang sudah tersusun kembali

Menyusun kembali candi ini tentu bukanlah pekerjaan mudah. Susunan batu-batu ini mempunyai pola-pola tertentu sehingga ndak bisa sembarangan dalam menyusunnya. Layaknya menyusun sebuah puzzle atau mainan lego gitu lah. Cuma ini pake batu besar-besar. 😀

Untuk memudahkan penyusunan, batu-batu ini diberi tanda dengan pola-pola tertentu oleh para arkeolog dengan semacam cat berwarna putih sehingga ketika disusun tidak ada bagian yang salah pasangan.

Tanda untuk memudahkan penyusunan candi

Yang menjadi pertanyaan besar saya, bagaimana cara memotong batu-batu ini dengan presisi, alat apakah yang digunakan, mengingat jaman dulu itu belom ada teknologi macam sekarang.

Belum lagi pemilihan lokasi, pengukuran dimensinya, perhitungan bebannya, simetrisitasnya, keindahan arsitektur dan ukirannya, membuat saya semakin ndak bisa membayangkan lagi! :-t

Dilihat dari kemiripannya dengan Candi Sambisari, kemungkinan candi bercorak Hindu ini dibangun pada masa yang sama dengan Candi Sambisari, sekitar abad ke-9. Yah, sekali lagi ini hasil analisis ngawur saya. 😀

Dan memang, dengan mengintip denah rancangan yang ada di kantor pada lokasi penggalian, rancangan candi ini bener-bener mirip dengan Candi Sambisari. Di dalam kantor tersebut kita juga dapat menemukan Lingga, Yoni, dan aksesoris candi lainnya.

Wah, saya ndak bisa membayangkan kalo hujan. Lokasi penggalian ini bisa terendam air. Dan kalo terus menerus, bisa mirip empang! La sebelum sistem drainase di Candi Sambisari diperbaiki, Candi Sambisari juga pernah terendam juga, kok. 😀

Padahal dari 2 prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta yang ditemukan di lokasi, lokasi ini digunakan untuk keperluan bendungan dan irigasi, walau bendungan kuno itu belum ditemukan. Dari prasasti tersebut juga diketahui angka tahun pendirian candi ini, yaitu 791 Saka atau 869 Masehi.

Menurut pengamatan saya, proyek penggalian candi ini terkesan tersendat. Dugaan saya, faktor dana adalah faktor utamanya. Pemerintah kita mana peduli ama soal-soal beginian? :-<

Dan yang jadi dugaan saya lagi, ini lokasi candi pasti lebih luas dari sekarang. La Candi Sambisari saja luas banget kayak gitu.

Tapi ya tau sendiri lah. Tanah-tanah di sekitar lokasi ini kan masih dimiliki warga sekitar, sehingga butuh waktu yang lama untuk menggali semua bagian candi, tentunya setelah tanah-tanah warga ini dibebaskan.

Candi Kedulan, sebuah puzzle raksasa masa lalu yang menyimpan banyak misteri.. 🙂

28 comments

  1. kok gak sekalian daftar jadi relawan nyusun candi??? mungkin bisa dibantu pake fuzzy logic ;)) *sambil nglirik dukun jopajapu.

  2. Iyah, jago yah arkeolognya, menentukan yang gituan gimana ya, ngga terbayangkan, dan yang lebih parah lagi orang jaman dulu ngebangun nya gimana, bwhahaahaha, matematika aja belom ada…. alat ukur juga…

    hayah

  3. katanya mau puasa jengjeng! gak kuat ya! >:)

    lumayan tuh zam. nyusun puzzle candi dengan benar aja sama kamuh sambil ngabuburit.

  4. terakhir kali ke kedulan, nganter shinta poto bwt buku kenangan 🙁

    btw, poto pertama keren, motret seko nduwur yo?
    btw meneh, njupuk s2 arkeo/antro wae zam 😀

  5. yuhhhuuuuuu ……… wis lulus, jeng-jeng-e tambah kenceng … ck ck ck ck ck ck

    memang gak bisa kebayang ya, gimana orang dulu bisa bikin bangunan2 menakjubkan, sementara teknologinya blm canggih? piramid, candi, taman gantung babilon? subhanallah …. gak kebayang ….

    btw, met menjalankan ibadah puasa bos

  6. Nek gelem tekan Malang kene, ono candi tinggalane mbahku lho, asli apik tenan Zam 😉 jenenge kawasan bersejarah peninggalan KEN AROK lan KEN DEDES nang kerajaan SINGOSARI 😡

  7. Pas saya kesana bulan April ini, lokasi penggaliannya dipenuhi dengan air! Seakan-akan candinya ada di dasar sebuah kolam gitu. Ternyata…

  8. mas Jengjeng Matriphe, selamat ya blognya dpt award. Selamat selamat. Ini juga mo komen ttg trip ke candi Kedulan, waduh, sy jg mau dong. Sy pencinta batu/candi, cuma ya tinggal di Jkt, jd suka susah waktunya utk mblusukan ke sana sini cari-cari candi…wah pdhl pengen ke candi Morangan juga

  9. mas… yang punya blog enih..
    boleh pake gambar + artikelnyah buwat bikin tugas gag??? boleh yah..???

    tengkyu sakdurunge

Comments are closed.