Ndoyok

Doyoker Perintis

Dalam beberapa postingan, saya sering menyebutkan istilah “ndoyok”. Pun banyak juga yang bertanya tentang arti kata “ndoyok” itu tadi.

Ndoyok sering disebut bersamaan dengan jeng-jeng. Walau artinya mirip-mirip, namun ada perbedaannya.

Kata “ndoyok” bukan merupakan salah satu kata gaul ala Jogja. Maknanya hanya bersifat lokal-personal dan ndak semua orang ngerti artinya.

Nah, kali ini saya akan menjelaskan soal makna kata “ndoyok” dan asal-usulnya. 😀

Ndoyok memang terinsipirasi dari nama pelawak besar, Sudarmaji alias “Doyok” yang biasa dipasangkan dengan Mubarok alias “Kadir” itu.

Masih ingat dengan film jadul Kadir-Doyok yang berjudul “Boleh Donk Untung Terus”? Itu tuh, film yang bercerita tentang usaha Kadir dan Doyok melarikan diri dari penjara yang akhirnya malah mbalik lagi ke penjara.

Di satu adegan, dalam usahanya melarikan diri, Doyok dan Kadir mengelabui penjaga dengan menyamar sebagai kuda zebra.

Adegan konyol ini sangat lucu menurut saya karena penggunaan kostum kuda zebra yang wagu dan tingkah polah “si zebra” yang begitu tololnya. =))

Singkat cerita, setelah besusah payah menyamar sebagai zebra, Kadir dan Doyok akhirnya sukses mengelabui penjaga.

Merasa berhasil, mereka kemudian menumpang sebuah mobil box sayur dengan niat keluar menuju ke kota yang ternyata mobil itu justru mengantarkan sayur ke penjara. Dan dengan suksesnya mereka berdua kembali lagi ke penjara.

Masih ingat adegan itu? :))

Nah, adegan itulah yang menginspirasi munculnya kata “ndoyok” yang maksudnya meniru tingkah laku si Doyok (dan Kadir) itu. ;))

Kok bisa?

Bisa. Jadi begini ceritanya..

Pas Merapi meletus sekitar Juli 2006 lalu, kawasan wisata Bebeng diterjang material vulkanik. Peristiwa ini merenggut nyawa 2 orang relawan yang terperangkap dalam bunker.

Nah, waktu itu saya, Didit, Dipto, Tupic, dan Hadi berniat untuk melihat kawasan yang luluh lantak dihajar lava itu.

Ketika nyampe di depan loket retribusi, kami terkaget dan misuh-misuh. Jancuk, mahal banget tiketnya!

Akhirnya disusunlah suatu rencana agar kami bisa melewati pos pungutan retribusi tanpa membayar. >:)

Ide tolol meluncur dari Dipto yang terkenal sok tau, asal, waton, dan nekad. Dia mengusulkan untuk turun ke Kaliadem lalu menyusuri itu sungai untuk melewati pos penjagaan.

Rencana disetujui. Dengan bodohnya kami mengikuti ide tolol itu.

Motor diparkirkan, kemudian melihat sejenak ke arah jurang di mana Kaliadem merupakan salah satu jalur mengalirkan lava dari Merapi.

Kendaraan tempur Doyoker

Kami pun akhirnya turun. Maksudnya sih mengikuti kontur sungai menuju ke arah hulu dan melewati pos retribusi.

Dengan penuh rasa ke-sok tau-an dan orientasi medan asal-asalan, kami pun nyasar! Goblok! Salahkan si Dipto!

DAM Kaliadem

Setelah merasa sudah berhasil melewati pos retribusi, kami pun naik. Track terjal berbatu karena memang bukan jalan manusia memberikan eksotisme tersendiri. Eksotisme ndasmu! :))

Dengan bersusah payah akhirnya kami tiba kembali di jalan raya. Hore!! Berhasil! Berhasil! Sambil lompat-lompat gaya Dora.

Setelah merayakan “kemenangan” kami pun tersadar. Bukannya melewati pos, tapi kami justru mendekati pos! Guoblok! Pekok!! =))

Mirip-mirip si Doyok dan Kadir itu lah. Niatnya meloloskan diri, malah justru kembali ke bahaya. Kuthuk marani sunduk, istilah orang Jawa.

Untung saja kami ndak sekalian nyamar jadi kuda zebra. La bisa ndoyok-ngadir nanti jadinya. :))

Kami pun kembali ke tempat parkiran motor. Kembali berjalan kaki sambil misuh-misuh. Ya misuh-misuhi Dipto si pencetus ide maupun misuh-misuhi diri sendiri kenapa mengikuti si Dipto.

Sejak saat itulah kata “ndoyok” mulai populer. Kami pun memberi gelar Dipto sebagai bapak ndoyok Indonesia. Namanya pun menjadi Doyok Djatmiko. :))

Lalu, gimana akhirnya kelanjutan niat kami menuju Bebeng?

Jelas berhasil lah! Ternyata ada jalan desa yang bisa dilewati motor yang melewati pos retribusi.

Geblek! Kenapa ndak dari tadi? Ngapain juga susah-susah ndoyok? :))

Namun kami pun ketahuan kalo ngemplang retribusi di bagian parkiran. Ternyata tiket retribusi merupakan tiket parkir juga.

Beruntung, ada Hadi sang pahlawan. Calon lurah Harjobinangun itu pun turun tangan dan melobi tukang parkir yang ternyata tetangga sendiri. :))

Doyoker di Bebeng

Kawasan Bebeng sendiri kini saya kurang tau keadannya. Yang pasti material vulkanik itu masih ada.

Denger-denger pemkab Sleman menjadikan kawasan ini sebagai salah satu program Lava Tour.

Di Bunker Kaliadem

Saya menuliskan ini untuk mengenang masa-masa jahiliyah kami. Masa-masa penuh ketololan yang menyenangkan.

Tupic, Didit, Dipto, Hadi, saya kangen bertindak tolol bareng-bareng kalian lagi. 🙂

Hayah, malah menyek-menyek. Jadi intinya, kesimpulannya:

Ndoyok (kk): usaha-usaha dalam berpetualang ke tempat-tempat tertentu tanpa perencanaan, nekat, tanpa perhitungan, sok tau, dan sejenisnya. Intinya ngeluyur dengan tujuan ndak jelas dan asal berangkat tanpa persiapan matang.

Doyoker (kb): adalah para pelaku kegiatan ndoyok. Seorang atau sekumpulan orang tolol yang melakukan aksi-aksi pendoyokan. Kata doyoker dicetuskan pertama kali oleh Annots ketika ndoyok ke Candi Barong.

Lalu apa bedanya dengan “jeng-jeng”? Jeng-jeng lebih bersifat umum. Berasal bahasa Semarangan yang berarti jalan-jalan.

Jeng-jeng diucapkan dengan jèng-jèng, huruf “e” diucapkan seperti pada kata bunyi gitar, “jrèng-jrèng” bukan “jéng-jéng” yang berarti “ibu-ibu”.

Ndoyok dan jeng-jeng merupakan kegiatan yang saling terkait. Ndoyok sudah pasti jeng-jeng, namun jeng-jeng belum tentu ndoyok.

Ndoyok merupakan kegiatan yang cukup positif. Dengan ndoyok kita terlatih untuk mengantisispasi hal-hal yang ndak sesuai rencana. Ha ya jelas, wong ndak ada rencana. :))

Dari ndoyok, kepekaan dan keluwesan kita serta kecepatan dalam mengambil keputusan sulit dengan cepat dan tepat (juga tolol) akan semakin meningkat.

“Ndak usah banyak cerewet”, “do first think later”, dan “tersesat adalah fitur” merupakan beberapa semboyan ketika ndoyok.

Ndoyok ndak harus dilakukan di tempat terbuka atau alam. Ndoyok juga bisa dilakukan di perkotaan, “urban ndoyok” namanya.

Saya pernah melakukan ndoyok di dalam mol dan ternyata kurang efektif. Mungkin saya harus lebih sering berpetualang ke mol dan menemukan teknik “mall doyoking” yang tepat. 😀

Pengetahuan dalam membaca tanda-tanda alam, menentukan arah, mengetahui cara survival, ndak malu bertanya, merupakan beberapa kemampuan yang harus dimiliki doyoker namun ndak mutlak.

Modal utama sih hanya nekad, tubuh waras, ndak punya malu, dan suka tantangan (juga ketololan). :))

Bagi doyoker trainee, percaya kepada doyoker senior yang membimbing merupakan langkah paling aman. Ingat, senior selalu benar, kawan! :))

Dari Kraton Ndoyokarto Hadiningrat, mari kita masyarakatkan ndoyok dan mendoyokkan masyarakat!

Semoga memberikan pencerahan. Selamat ndoyok! 😀

40 comments

  1. wakakakakak [-( gak nyangka ternyata kalian pernah kriminal juga yah..

    *ngebayangin kalau kalian berempat beneran jadi kuda zebra*

  2. stuju karo pakde mbilung…. buat yg baru awal2 ndoyok, bikinin banner “NDOYOKER TRAINEE”
    trus, yg udah lulus training, dan dah bisa dilepas ndoyok sendiri, dibikinin banner “NDOYOKER CERTIFIED”.
    stuju, dab?

  3. eits…..tapi secara filosofis ada maksud dibalikk istilah ndoyok :

    “..hidup itu perlu dilihat lebih sederhana: lakukan saja! Life is Ndoyokâ„¢ till drop! ”

    jadi bukan hanya sekadar perjeng-jengan yang sarat dengan ketololan, namun juga penuh rasa persaudaraan nan gaya hidup yang kental…*hayyah*

  4. bagossss penjelasannya menyenangkan, 8->
    tapi kenapa selalu ada foto2 pemilik blog yang mirip kambing ini yang tidak menyenangkan mata…

    *kabor*

  5. @fani n sandal
    tapi wajah kambingnya itu lah yang sangat khas.. khas kambing. . ..

    semoga pas ndoyok nggak tersesat trus ilang . .. ntar kita musti repot2 bersyukur soal nya

  6. brengkes!!!!!asyem…. ojo langsung nyebut jeneng… [-( pake inisial duong… plis dong ah… :)) . aq yo melu nego dulz… ngaku sebagai temannya pak subur n pernah ikut reboisasi lereng merapi :)) . pokoke…. last solution….JUAL NAMA

  7. Bagi yang masih penasaran seperti apa kegiatan ndoyokâ„¢ bisa disaksikan dalam program acara di JengjengTV “ndoyok dalam berita”

    Selamat dan sukses atas diluncurkannya narasi dan diskripsi tentang bahasa “ndoyok”, ingat kawan “ceria adalah niscaya”

    Kapan kita kopdar sama sang maskot (baca: Sudarmaji aka Doyok)

  8. butuh kirim proposal ke DebBudPar buat kata baru ini :d/ ??

    Mana tahu program Ndoyoker dihargai 17 M 😀

Comments are closed.