Pengajian Macapat Bersama Cak Nun

Cak Nun dan Mbak Via

Setelah mengalami kegundahan spiritual yang amat sangat, akhirnya semalem (17/03) saya menemukan pencerahan.

Berawal dari ajakan Kang Sandal, saya, Funkshit, Goen, dan Pengki pun akhirnya ikutan acara Pengajian Macapat yang rutin diadakan tiap bulan pada tanggal 17.

Yang unik dari acara ini, selain acara tauziahnya, adalah acara seni yang dibawakan oleh beberapa kelompok musik hingga puncaknya adalah penampilan kelompok musik Kyai Kanjeng.

Acara dimulai sekitar pukul 9 malem. Bertempat di halaman TK Alhamdulillah di daerah Jetis, Kecamatan Kasihan, Bantul.

Walau hanya dikemas secara sederhana, hanya duduk beralaskan terpal, namun jamaah yang hadir sangat banyak.

Ketika kami datang, acara rupanya telah dimulai. Penampilan kelompok musik dari ISI (dulu bernama STSI) Surakarta membawakan beberapa lagu bernuansa Banyuwangi dan Banyumasan yang dikemas dalam nuansa etnik begitu ciamik menyambut kami.

Perpaduan kendang, suling, bonang, bas betot, drum, gitar, dan kibor begitu rancak dimainkan. Tempo lagu yang berubah dari lambat dan cepat disertai komposisi alat musik yang silih berganti membuat sajian lagu begitu asyik untuk dinikmati.

Penampilan berikutnya adalah dari kelompok musik yang menamakan dirinya Sobaya. Sobaya saat itu tampil mendampingi sebuah kelompok musik yang terdiri dari anak-anak jalanan.

Anak-anak jalanan menyanyikan lagu-lagu yang menceritakan nasib mereka yang menderita dengan suara cempreng khas mereka ketika mengamen di jalanan.

Gesekan biola dan petikan gambus dari kelompok Sobaya yang mengiringi para anak jalanan ini semakin membangkitkan nuansa dramatis.

Setelah anak-anak jalanan selesai tampil, kelompok Sobaya semakin membuai para jamaah dengan lagu-lagu bernuansa timur tengah.

Pak Riswanto, salah satu dosen UMY yang juga aktivitis Muhammadiyah kemudian tampil memberikan tauziah.

Dengan kocak, Pak Riswanto Harwanto Dahlan (ralat dari Kang Sandal) memberikan tauziah bertema krisis pangan. Menurut beliau, krisis pangan yang kini melanda Indonesia dengan ditandainya dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok ini disebabkan oleh beberapa hal.

Beberapa hal tersebut adalah kurangnya pemenuhan bahan pangan dunia karena negara-negara agraris mulai bergeser orientasi, dari menanam tanaman pangan menjadi menanam tanaman industri, salah satu contohnya untuk memenuhi kebutuhan energi biofuel.

Kedua, kurangnya kesadaran untuk menyimpan persediaan pangan. Setelah kurangnya pasokan akibat tidak ditanaminya tanaman pangan, Indonesia justru mengimpor berbagai bahan pangan. Lucu toh, negara agraris kok malah mengimpor bahan pangan?

Yang berikutnya adalah tak lepas dari tekanan negara-negara maju. Negara-negara maju kembali “menjajah” dengan berdalih memberikan pinjaman lunak. Kalo saja pemerintah dapat mengelola pinjaman lunak tersebut dengan baik, tentu saja pinjaman lunak tersebut bisa memajukan bangsa.

Selesai Pak Riswanto Harwanto memberikan tauziah, Cak Nun bersama istrinya Novia Kolopaking dan kelompok musik Kyai Kanjeng naik ke atas panggung. Duh, Mbak Ovi cantik banget.. 😡

Cak Nun mengawali tauziahnya dengan beberapa lagu yang dimainkan oleh kelompok Kyai Kanjeng. Lantunan lagu ini mampu mengkondisikan jamaah untuk tenang, khusyuk, (dan juga ngantuk) untuk mendengar tauziah yang akan dibawakan Cak Nun.

Cak Nun dalam tauziahnya banyak memberi motivasi bahwa sebenernya bangsa kita ini adalah bangsa yang maju. Bangsa kita ini sebenernya bangsa yang tangguh, cerdas, dan mempunyai banyak kebisaan. Namun karena saking pinternya, justru bangsa kita ini menjadi ndak bisa apa-apa.

Ibarat burung, karena terlalu lama dalam sangkar maka burung tersebut lama-lama menjadi lupa bagaimana cara terbang.

Bangsa Indonesia diibaratkan oleh Cak Nun seperti burung itu tadi. Mempunyai potensi namun karena terlalu lama “di dalam sangkar” membuat potensi ini menjadi “ndak bisa terbang”.

Di sela-sela tauziahnya, Cak Nun mengajak para jamaah untuk berwirid, merenung, dan bershalawat untuk instropeksi dan memotivasi diri.

Saya, karena terlalu ngantuk, justru tertidur pas sesi ini. Apalagi saat itu lampu dimatikan yang bertujuan untuk menambah khusyuk suasana membuat suasana pas untuk memejamkan mata. |-)

Selama tauziah, banyak celetukan dan lelucon yang dilontarkan membuat suasana makin semarak. Komunikasi dengan jamaah juga dibangun untuk mendapatkan interaksi.

Uniknya, celetukan-celetukan bernada menyindir dan “menyinggung” antara NU-Muhammadiyah sering terlontar. Bukannya memanas, suasana justru makin cair dan terasa akrab.

Sebelum diakhiri, ada pembacaan puisi dari ketua bidang kebudayaan UMY, Pak Mustafa. Pak Mustafa membawakan puisi sebanyak 3 lembar yang berjudul “Balada Negeri Asu Sila”.

Dengan gaya membaca seperti membaca cerita, dengan disertai celetukan dan komentar-komentar nakal, puisi “Balada Negeri Asu Sila” ini menceritakan soal keadaan manusia yang kacau balau.

Manusia mudah dihasut oleh makhluk bernama George Segawon yang memang bertujuan untuk menjerumuskan manusia. Dalam puisi ini, diceritakan bagaimana George Segawon curhat mengenai misinya kepada seekor nyamuk.

Sekitar pukul ½ 3 dini hari acara berakhir. Cak Nun dan jamaah berdiri untuk melantunkan shalawat dan membaca surat An Nashr, yang memberikan pesan dan motivasi mengenai pertolongan dan kemenangan.

Kami pun kembali menembus dinginnya dini hari kembali pulang ke Jogja. Sebelum pulang, kami mampir dulu ke warung burjo untuk mengganjal perut. Sampai di kosan, adzan Subuh berkumandang. Selesai sholat, saya pun tepar. |-)

37 comments

  1. oo macopatan ya.. jadi inget pas KKN. tiap malem apaaaa gitu pasti ada acara macopatan

  2. Dah sempet ikut kemarin pas di Alun2 GK, tapi kl yg rutin belum. Dulu sehabis acara, ngobrol2 sama penjual asesoris dan diajak untuk datang ke Mocopatan, tiap tanggal 17 seperti yg diceritakan di atas, tapi karena jauh dan dari sini blom ada temen, sampe skrng blom kesampaian. So, kalau CA kapan2 mo ikut lagi? jangan lupa kabar2 Insya Allah tak sempatkan ikut.. ok?

    So, bagaimanapun kita harus menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. Kapan lagi? Kiamat Sudah Dekat toh? hehehe ^_^

  3. walah…kok saya ndak pernah ketemu ya? saya dateng terus mocopatan loh, n dulu aktip juga di fsjm n pernah bantuin juga di http://www.padhangmbulan.com ngantor di rumahnya cn, sekarang dah ndak aktip lagi setelah reformasi organisasi…tapi teteup dtg terus mocopatannya…:)
    salam maiyah bro!

  4. dulu waktu disemarng kadang ikutan acara gambang syafaat di meteseh, skrg saya dimojokerto..da ga acra kiayi kanjeng dimojokerto,, tq

  5. yasin. dari semarang ke mojokerto.
    datang aja ke desa menturo, sumobito, jombang. desa kelahiran cak nun.
    setiap malam bulan purnama, tgl 14 hijriyah, tiap bulan acara padhang mbulan.
    yang di jakarta kenduri cinta, tiap jumat minggu kedua, di taman ismail marzuki.

  6. aku juga pingin datang ke acara macapat syafaat, kenduri cinta, padhangmbulan dll. tapi sayangnya aku sekarang lagi ada di jeddah (TKI), lagi ngajar di sekolah indonesia jeddah. aku pingin punya lagu kiai kanjeng, ada yang mau bantuin cari gak / kalo ada kirim saja ke emailku ya !. trims

  7. aku tinggal di jogja aku ingin sekali ,mengikuti pengajian itu aku berada di daerah krapyak bantul tong kasih petunjuk jalan thanks

  8. tempat ponpres cak nun sebenarnya dimana dan gimana caranya ikut kegiatan disana

    terima kasih infonya

  9. :((aku jamaah gambang syafaat sekarang kerja di klaten… ya kapan skali – kali kyai kanjeng tampil di klaten… lo di jogja bantulnya mana ya apa di tk alhamdulillah terus… ato pindah2.. suwun.. damai bangsa indonesia rahmat alloh menyertaimu peace

Comments are closed.