Mi Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta

Mi Pasar Baru Gang Kelinci, Jakarta

Gang Kelinci rupanya ndak hanya terkenal di dalam lagu, namun Gang Kelinci juga menyimpan cita rasa kuliner yang melegenda.

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan mencicipi menu ini bersama Mas Iman Brotoseno dan Mas Ipul pas saya ke Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Perjalanan kuliner kami berawal dengan disambut hujan. Berlari-lari kecil menyusuri lorong-lorong toko yang kebanyakan dipunyai orang India di kawasan Pasar Baru, Jakarta, sambil menghindari hujan yang semakin lebat.

Gang Kelinci, ternyata ndak seperti dalam ekspektasi awal saya yang berdasar pada lirik lagu itu. Menyusuri gang ini terasa melemparkan saya ke gang-gang di kawasan Ampel, Surabaya. Kumuh dan aroma “kerakyatannya” begitu terasa.

Sampailah kami di warung mi Gang Kelinci itu. Lagi-lagi di luar ekspektasi saya. Dalam bayangan saya, sebuah warung bakmi mungil di terjepit tengah gang, dengan pintu dan jendela terbuat dari kayu-kayu kuno, berarsitektur ala jadul seperti di film-film kungfu itu. Namun rupanya kondisinya jauh lebih manusiawi dari bayangan saya! :))

Rupanya warung ini sudah banyak berubah. Lebih lebar dan lebih nyaman. Setidaknya itulah menurut pengakuan Mas Iman, yang rupanya pengalaman kulinernya patoet dipoedjiken.

Mas Iman mengaku dulu sering ke warung ini. Kondisinya dulu pun, rupanya seperti pada ekspektasi awal saya yang tadi. Kumuh, merakyat, namun eksotis!

“Sudah 3 tahun yang lalu saya ke terakhir kali ke sini”, ungkap Mas Iman. Hmm.. Saya bisa menangkap nuansa nostalgia dari raut ekspresi Mas Iman. ๐Ÿ˜€

Mi ayam bakso, menu istimewa andalan warung ini patoet ditjoebaken. Mi-nya begitu liat namun empuk menandakan mi yang dipakai merupakan mi yang berkualitas. Suiran daging ayam, potongan jamur kancing, serta daun sawi yang direbus matang disajikan dalam mangkuk lengkap dengan sepasang sumpit kayu.

Kualitas mi yang patoet dipoedjiken

Kuah dan 2 butir bakso berukuran cukup besar disajikan terpisah dalam mangkuk kecil. Berbeda dengan mi ala Jawa yang menyampur mi dengan kuah dalam satu mangkuk, inilah ciri khas penyajian mi ala Jakarta yang memisahkan “content” mi dengan kuah.

Saya kurang suka mencampur saus atau kecap ke dalam kuah mi ini. Menurut saya, versi original tanpa distorsi rasa dari saus dan kecap inilah yang menunjukkan kualitas kuahnya.

Namun ini masalah selera. Bila dirasa kurang nendang, tambahan saus atau kecap pun dihalalkan demi mencapai cita rasa yang diinginkan. Bagi penyuka pedas, beberapa sendok sambal bisa juga ditambahkan ke dalam kuah.

Saya mengangkat mi dengan sumpit untuk melihat tekstur mi. Wow, cukup menakjubkan!

Tekstur yang liat dan padat ini begitu menggoda membuat saya ingin segera menyantapnya. Di dalam mulut, mi yang liat ini dapat dengan mudah dipotong dengan menggunakan gigi. Sungguh mi yang berkualitas!

Kuahnya, menurut saya, rasanya sudah cukup pas walau secara kuantitas masih kurang. Saya memang penyuka mi dengan kuah yang melimpah. Sedangkan mi ini menurut saya kurang berendam dalam kuah meski seluruh kuah sudah saya tumpahkan ke dalam mangkuk mi.

Porsinya bisa dibilang cukup menipu. Awalnya saya ragu apakah porsi ini mampu mengenyangkan saya. Rupanya saya harus sedikit bersusah payah untuk menghabiskan mi ini. :))

Di luar, hujan masih turun dengan deras. Badan yang kedinginan karena basah kehujanan sekejap merasa hangat.

Jeruk hangat yang saya pesan pun begitu unik. Manisnya beda. Saya merasakan ada rasa-rasa air kelapa di dalam air jeruk ini. Saya menduga minuman ini memang memadukan air jeruk dengan air kelapa, atau memang jeruk yang digunakan merupakan jeruk yang khusus sehingga rasanya pun bisa seperti demikian.

Walau harganya cukup mahal, namun mi ini memang patoet dipoedjiken dan menyandang gelar djoeara!

Ah, tiba-tiba saya seperti mendengar alunan lagu Gang Kelinci..

51 comments

  1. “Tekstur yang liat dan padat ini begitu menggoda membuat saya ingin segera menyantapnya”

    di djambur juga ada yang begini ๐Ÿ˜€

  2. walah…saya malah jarang banget makan disini. btw udah coba soto padang mangkuto di deket situ? jalan pintu air. disitu soto padangnya enak lhooo.. ๐Ÿ˜€

  3. mie minim kuah itu mie ala jakarta dan bangka banget..
    jarang2 di jakarta aku nemuin penjual mie yg kuahnya melimpah seperti di jogja/smg…

  4. Akhh… jadi laperr..
    ๐Ÿ˜• dari postingan nya memang ada rencana mau menggantikan si bondan mak nyuss.. :d

  5. gaya bahasan perkulineran yang patut dipoejikan…

    selamat menempuh karier di Jakarta sobat…Semoga sukses menyertai dirimu dan diri semua nya..amin allahumma amin..

    pernah ke ampel juga toh bang ? berarti udah nyoba nasi goreng kambing dunk..kan kampung arab.. ๐Ÿ™‚

  6. wah jd nyesel, dl pas di pasar baru, ga sempet nyobain mie dan baksonya yg legendaris.

    kamu suka juga ya, mie ayam yg berlimpah kuah ?? akyu jugaaaa^^
    jd sering bgt, kl pesen mie, tambah extra kuah.

    mumpung di jakarta kmrn ga nyoba mie(dibuat dr) trasi, mie (dibuat dr sari sawi)ijo, mie (dibuat dr sari) wortel pokoke mie yg warnawarni itu ya ??

    *lapeerrrrr,,,,,blm makan 12jam…*:((

  7. penguraian kata-kata untuk mendeskripsikan mie itu menurut saya…
    anda cocok menggantikan presenter kuliner lain..

    tapi harusnya kalo gak enak ya ngomong ga enak lhoo :d/ soalnya presenter kuliner yang di tipi kok gak pernah ngomong…
    wah…emprul panganane ora enak !!!:-w:)

  8. sepertinya kau tersesat di belantara jakarta ya kawan.
    hehehehe..
    kalo sudah sampai di jogja kembali, mari berburu mie dengan kualitas semlohay harga aduhai porsi hwrakadah…
    hehehehe…

  9. xixixi..porsi meragukan…secara wisata kuli ya seharusnya mampir kewarteg, dijamin porsinya mantabz :p

  10. Yang aku ingat cuma satu dari Mie Gang Kelinci ini.. Para pekerjanya semuanya berwajah bermurung, seperti penuh beban berat..

    Sudah gitu masih harus meladeni orang bernama Zam lagi.. Ck..ck.. Kasihan mereka..

  11. emm, mie goreng nya emang lumayan tapi klo capcay nya kyknya bukan selera saya. tapi yang anehnya adalah mas2 yang jaga parkirannya, ditanyain arah jalan malah ๐Ÿ˜ฎ dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. memang orang yang aneh :-“

  12. enak ya mas? ๐Ÿ˜€ saya gak tau mas muslim pa bukan, tapi yg jelas, bakmi GK (gang kelinci) mengandung B2 (tau kan maksudnya apa…), dan itu sudah menjadi rahasia umum lho di Jkt. Saya juga heran, kok pak Iman suka makan disitu juga, mgkn beliau blm tau yaa… ๐Ÿ™‚

  13. rey, restlessangel..setau saya bakmi gang kelinci ini halal koq..klo gak salah dipajang tanda halal juga disitu, banyak muslim yang makan di situ juga, termasuk saya, meskipun kadang klo lagi bandel sering pesen kodok goreng mentega nya *oops*

    tapi siapa yang tau juga ya klo ternyata memang mengandung B1 wong disitu tertulis nya halal ^^;

  14. wah mantap tuh dulu nyokap gw sering kesitu tahun 85 an soalnya nyokap gw dubber dan kantornya di bilangan pasar baru … mantab deh jadi ngiler btw gw juga mo buka kedai mie ayam ceker modifikasi dari mie ceker yg banyak berkeliaran di bandung ..doain yah

  15. hmm.. dulu aku nggak jadi mampir di bakmi gang kelinci.. masih sama di gang kelinci,tapi di bakmi chinese yang sebelahnya.. sama2 enak..

  16. ehm mng uenak bianget mie psar bru jkarta ga da duany,,,dah sring q mkn mie tpi mie yg ni em lucky…….amazing….trus smbelnya pdesnya mntap deh di lidah sya jdi pngin ni..heheeh,trahir q mkan mie psar bru ci di cbang tegal di rita super mall..lo djkarta lokasinya kjauhan dri tmpat q,,,,ci hrus brsusah payah wat ksna heheheh,,,bka cbang bru dunk bir q ga sah jauh2 ksna.dan jga trus kwalitas n kwntitas MIE PSAR BRU JKARTA

Comments are closed.