Jeng-Jeng Cibujang Bogor

Jeng-Jeng Cibujang Bogor

Berawal dari kopdar dadakan yang diadakan oleh Simbok di Cibujang, dengan tergopoh-gopoh saya pun ndoyok kembali.

Nanggung, setelah kopdar pun, pendoyokan saya lanjutkan ke Bogor. Manstab surantab dan ndoyok sekali pokoknya lah! :))

Saya dikontak Simbok sekitar pukul 3 sore. La padahal waktu itu saya sedang pindahan kos karena ndak betah tinggal di apartemen. Maklum, wong ndeso, ndak bakat kaya, tidur di ruangan adem ber-AC membuat saya sering sakit-sakitan karena pilek kedinginan.

Saya pun memilih kos di pinggiran yang nuansanya lebih tenang, ndak ada suara klakson tan-tin-tan-tin laknat bangsat keparat, dan cuma sak lemparan cawet kalo mo ke office.. Cieh, office, ndes! :))

Setelah urusan kos perkosan (awas, bukan perkosaan) kelar, saya pun berangkat menuju lokasi yang ditentukan: Cibubur Junction!

Menarik! Karena saya belum pernah ke sana, radar ndoyok saya segera saya asah kembali karena saya takut radar itu tumpul karena jarang dipakai semenjak saya di Jakarta.

Saya pun mengikuti petunjuk dari Simbok. Sebenernya saya disarankan naik taksi saja, namun saya lebih suka naik angkutan umum karena saya merasa ndoyok saya ndak nge-soul kalo naik taksi. Lagian, dengan menggunakan angkutan umum, saya bisa lebih mudah menghafal rute dan jalan. ๐Ÿ˜€

Saya memilih naik busway untuk menuju ke UKI, karena saya mengkhawatirkan terjadinya macet. Lagian, belum semua koridor busway saya coba, terutama daerah timur, maka saya pun waton nekat saja untuk ke UKI pake busway.

Setau saya, Cibubur itu berada di daerah selatan agak ke timur. Maka dari Sarinah saya naik busway koridor 1 lalu transit ke koridor 4 di Dukuh Atas menuju Pulo Gadung kemudian transit lagi di Matraman mengambil koridor 5 ke arah Kampung Melayu dan disambung ke koridor 7 arah Kampung Rambutan. Mehong, ternyata ada busway yang rutenya langsung ke arah Kampung Rambutan tanpa transit di Kampung Melayu!

Saya memang terbebas dari macet, namun sialnya saya harus mengantre berjejal-jejal di halte Kampung Melayu yang menurut maki-makian penumpang yang lain, itu busway telat datangnya! Mehong, sekali lagi mehong!! :-w

Setelah sampai di UKI, saya sempet clingak-clinguk kayak fotomodel belom gajian karena sama sekali buta rute. Manalagi itu pertama kalinya saya berada di UKI.

Karena saya ndak melihat angkot Elf K56 warna oranye di seputaran UKI, plus waktu yang sudah mepet karena Simbok ndak bisa pulang malem, maka saya pun ngawe taksi yang menuju ke arah selatan.

Kok kamu tau itu arah selatan, Zam? Lah.. Feeling saya soal arah mata angin ini lumayan canggih, bro! Kecuali kalo dah masuk mol, saya langsung buta arah! :))

Keluar tol, saya langsung disambut macet sampe di depan Cibubur Junction. Modiar! Namun akhirnya saya pun tiba dengan selamat sentosa bahagia sejahtera dan langsung disambut oleh Simbok, Gage, dan Dita dengan gegap gempita! ๐Ÿ™‚

Akhirnya saya, Gage, ma Dita koprol ke Bogor. Setelah nganterin Dita pulang, saya ma Gage nyari makan di warung Jawa Timuran pinggir Jalan Sudirman, Bogor. Lah? Ke Bogor kok makannya malah Jawa Timuran?

Gage ngajakin ke warung itu karena ibu penjualnya yang suka nyerocos bahasa Jawa dengan logatnya yang kental kalo ketemu orang yang bisa bahasa Jawa. Benar saja, setelah saya ngomong Jawa, ibu itu langsung nyerocos dengan semangat Soto Lamongan! :))

Soto Lamongan

Setelah makan, kami pun jalan kaki mengelilingi separo Kota Bogor. ๐Ÿ˜ฎ Beneran?

Iya! Kota Bogor kan cuma sekeliling Kebun Raya Bogor itu. :))

Sembari jalan kaki, Gage menunjukkan gedung-gedung tua yang rupanya cukup banyak bertebaran. Mulai dari depan Istana Bogor, kami menuju Kantor Walikota. Kebetulan Bogor sedang merayakan hari jadinya yang ke-526. Sayang, kami datang terlambat karena acara open house ke Istana Bogor sudah usai, sehingga kami ndak bisa masuk dan melihat Istana Bogor.

Kami pun kemudian menuju Gereja Katedral. Gereja ini begitu mantab dan megah sekali arsitekturnya. Yang menyebalkan, ketika penjaga menanyakan tujuan kami masuk dan minta ijin foto-foto di situ, Gage menjawab, “buat kenang-kenangan..”.

Nyet! Emangnya kita pasangan yang sedang.. Ah, sudahlah.. :-<

Pasar Bogor

Apalagi di sekitar situ ditengarai banyak pasangan gay yang sedang indehoy berasyik masyuk. Huaseng.. Jangan-jangan saya dan Gage juga dikira.. :-SS

Perjalanan diteruskan. Ketika mo masuk Gereja Zeboth, yang sering juga disebut Gereja Ayam karena di puncak atapnya ada ornamen berbentuk ayam pada penunjuk arah mata angin, 2 ekor anjing penjaga tiba-tiba menyalak dan berlari mengejar kami. Uassuuuuu!!!

Kami pun sampai di Pasar Bogor. Uniknya, ketika malam, jalanan di depan pasar juga berubah menjadi pasar. Berbagai macam jenis sayuran banyak dijual di sini.

Mulai dari talas, wortel, tomat, sawi, kacang panjang, you name it lah! Yang saya suka ketika melewati pasar ini adalah aroma kesegaran dari sayuran ini. It’s so fresh!

Dari pasar, perjalanan diteruskan menuju landmark Kota Bogor, yaitu, Monumen Tugu Kujang! ๐Ÿ˜€

Warung roti bakar Saras kemudian menjadi sasaran kami berikutnya karena setelah jalan kurang lebih 2 jam, Soto Lamongan yang jadi bahan bakar cacing perut kami habis. Roti bakar pisang keju yang berpenampilan garang merangsang sedikit mampu membungkam cacing perut yang tak tau diri!

Esok harinya, destinasi kami selanjutnya adalah Warso Farm, sebuah agrowisata kebun durian yang terletak di Desa Cihideung, Kelurahan Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Namun sebelumnya saya ma Gage ketemuan ma Dita dan adiknya di kawasan Jalan Surya Kencana. Kami pun sarapan Soto Bogor di seputaran situ untuk membungkam cacing perut yang sudah tereak-tereak sontoloyo.

Sebenernya kami berniat ngajakin Ghilman, namun sayang seribu sayang, nasib dan rejeki ndak berpihak kepadamu, nak! :))

Durian Raksasa

Untuk menuju ke Warso Farm bisa dengan menggunakan angkot nomor 04A jurusan Cihideung. Kami koprol ke Jalan Batu Tulis untuk nyegat angkot yang dimaksud. Sekitar setengah jam perjalanan yang disambut jalan sempit berbukit, sampailah kami di Warso Farm!

Sungguh berbakat itu supir angkot dan sungguh hebat angkotnya! Sukses kami terguncang jumpalitan di dalam angkot karena jalan berjerawat parah dengan tanpa ragu dan bimbang disikat dengan kecepatan yang mengagumkan! Bravo, senior! :-w

Saya hampir berteriak histeris setelah melihat durian gede banget, namun rupanya itu durian cuma patung sajah! :))

Namun Warso Farm rupanya ndak sesuai dengan ekspektasi saya. Bayangan mengambil durian yang langsung jatuh dari pohonnya kemudian menyantapnya di bawah pohon langsung sirna, musnah, binasa!

Rupanya karena sedang bukan musimnya, kami hanya bisa membeli durian di counter yang disediakan. Itu pun harganya lebih mahal daripada kalo beli di supermarket.

Bayang pun! Harga Durian Montong sebesar 2 kg aja masak harganya 70 ribuan?! La saya beli di Hypermart, dengan harga segitu bisa dapet 5 kg! Bahkan di Carrefour harga per ons-nya lebih murah! Halah, malah mbahas harga durian! :))

Memang solusi yang bagus sebenernya adalah membeli durian di Hypermart atau Carrefour, kemudian membawanya ke kebun yang luasnya sekitar 7 hektar ini, lalu disantap di sana sepuwasnya! Untuk informasi, masuk ke kebun durian ini ndak dipungut biaya. >:)

Belah Duren

Di kebun durian ini terdapat berbagai macam jenis durian, antara lain Petruk, Lay, Sunan, Tembaga, Montong, dan Si Mas yang konon merupakan varietas asli Bogor dan menjadi favoritnya Bung Karno.

Suara gemericik air jernih yang mengalir membelah perkebunan dan hijaunya tetumbuhan yang sudah jarang saya lihat lagi di Jakarta bisa membuat segar pikiran.

Warso Farm, yang dipunyai oleh H. Soewarso Pawaka tersebut hanya buka pada hari Sabtu-Minggu dan hari libur saja. Selain kebun durian, di sini terdapat pula restoran keluarga yang menyajikan menu ikan bakar dan sebagainya.

Usai menikmati pesta durian, walau hati ini rasanya belum puwas karena ekspektasi saya berlebihan, kami pun harus kembali ke peradaban. :-<

Perjalanan ala off-roader kembali kami lalui. Saya pun harus berpisah dengan para penggede Kerajaan Sillymangi di Stasiun Bogor.

Setelah beli tiket seharga 2.500 perak, saya segera naek ke sebuah kereta buluk yang saat itu mo berangkat. Lari-lari ngejar kereta dan hup! Dengan sigap dan pose yang bersahaja, saya sukses mencolot masuk ke dalam kereta.

Suasana kereta ekonomi begitu khas. Pedagang hilir mudik sana-sini dan saya cuma duduk beralaskan koran karena saya memberikan tempat duduk saya kepada seorang ibu yang menggendong bayi.

Karena letih, saya pun sempat tertidur karena dihembus sepoi-sepoi angin yang menerobos masuk melalui pintu kereta. Saya terbangun ketika kereta berhenti. Stasiun Lenteng Agung, begitu tulisan di stasiun yang saya baca saat mata saya masih kriyip-kriyip.

Saya baru tersadar, saya akan turun di stasiun mana? Sayup-sayup saya dengar penumpang naik dan bertanya ke sebelahnya, "ini kereta ke Stasiun (Jakarta) Kota?". Sebuah anggukan dari yang ditanya melegakan saya. Baik, saya akan turun di Stasiun akhir Jakarta Kota. Saya ndak pengen kejadian tolol saya terulang. ๐Ÿ˜€

Kok milih turun di Kota, Zam? Ya, saya ingin melihat stasiun yang arsitektur bangunan tuanya begitu memukau saya itu. Stasiun paling pangkal di Jakarta ini sudah menyita perhatian saya semenjak melihatnya pertama kali.

Menelusuri lorong dan sudut di stasiun pangkal yang sayang sekali kumuhnya minta ampun ini melemparkan ingatan saya semenjak kecil di stasiun serupa di Surabaya, Stasiun Semut.

Nostalgia semasa kecil ketika bepergian menggunakan kereta api dari Stasiun Semut sekelebat melintas di benak. Duh, saya kangen Emak dan Bapak.. ๐Ÿ™

Puas menikmati senja yang seolah mentari tenggelam dijerat tungkai-tungkai rel yang saling melilit, saya pun melangkahkan kaki keluar. Kaki mengarah ke arah lorong yang terdapat sebuah papan bertuliskan: “Halte Busway”..

37 comments

  1. koe le nulis postingan kok ono bahasa inggris e sithik2…
    nggaya ki wong jakarta, mentang2 dolan e karo chinchaaaa :))

  2. zam,…
    masih banyak makanan persembahan dari Kerajaan Sillymangi yang belum kau santap!! ayo ayo berkunjung ke sini lagi, dan uh.. hmm… bawa UPETI yah!

    *upeti = bisa makanan atau bujangan :”>:d/8-|

  3. loh, bukannya kamu emang gay mas? ;))
    *ditabok pake stumpuk duit*

    hii, aku ndak suka dureeen ๐Ÿ˜

  4. hohoho, iya jeeee…zam sekarang beda. sing diomong apartemen, bro, senor, office =)) =))

    suwun, zam. kapan2 rodo suwe ketemuane, lha wingi ancen gak ono rencana. kui kopdar dadakan edan :))

  5. Ketika meliwati kumpulan lelaki suka sesama lelaki, kemudian ada yg melemparkan suara dari kejauhan.. “suit..suit..”

    Koe.. memang tampan Zam! Bisa memikat lelaki itu..

  6. wes pindah soko kbon kacang to … kok barengan karo bayu j**c*k . dhe’e wingi pindahan ng cilandak

  7. padahal dino kui aku yo rono nang surya kencana, mangan ketan bakar, bacang babi, es pala lan bir kocok. aku jane meh sms kowe, tapi kok ragu. jubule kowe rono karo gage

  8. kita semua menunggu kesediaan drpd kawan zam untuk jadi tuan rumah kopdar. sebagai tamu pastilah saya akan dijamu sebaik-baiknya.

  9. ooooh itu to, kebun duren yg masuk trans tipi. tp ga dikasi tau kl harga buahnya mahal.
    jd kamu mbelah duren nih ?? ๐Ÿ˜•

    btw asem tenan ik, kikodmu saiki kok full nggaya ?? sekalian langganan indonesian tattler dan platinum society, kono

  10. aku jg dulu waktu mau kopdar sama simbok ke cibujang juga ndoyok-alike. tp ndak berhenti di uki dab, tp langsung ke kampung rambutan. nah dari sana itu naik angkot sampe ke ciangsana dulu mampir ke t4 sodara sebelum dianterin ke cibujang :p
    eh, kosmu ng endi?

  11. idem sama antok. ๐Ÿ˜
    nek di jakarta, radarmu masih akurat pow kang ? /:)

  12. yang paling saya suka dari bogor adalah bangunan2 tuanya,. apalagi memandangi katedral dan istana bogor lama2,.. nyaman sekali :d

  13. ndoyok kok numpak taksi ๐Ÿ˜›
    eh btw.. klo ghilman jadi ikutan… kalian ngga cuman akan disangka gay.. tapi juga pedopil

  14. sampeyan iki wong suroboyo po..????
    betewe, seip tenan. isih pirang dino nang jakarta wis muter2 sak kemenge. mantab…

  15. pasti fotonya dipotoin ama gage.. ๐Ÿ˜€

    btw saya hari minggu sempet ke bogor, tapi cuma sejam. anyway tanggal 15 juni mo kopdar di monas ga? hubungi saya ya… ๐Ÿ˜€

  16. ati2 klo naek kereta ekonomi yg ga ada pintunya bisa-bisa kepala sampeyan bocor, soalnya banyak anak2 iseng ngelempar batu pas kereta lagi jalan…:banghead

  17. ckckckckckckckckckckckckckckckck… ceritanya lengkap banget, dari A-Z, hehehehe.

    btw, mo tanya… kenapa kerajaannya bukan “SILLYWANGI” yach…

    *ditimpuk kulit duren 2 kg* :d:”>

  18. ituu tukang soto lamongan langgananku **bangga**

    deket kosan banget tuh, tinggal ngeglinding ke Sempur ^^
    sayang ga bisa ikutan….

Comments are closed.