Nostalgia Ayam Bakar Sari Mulia Asli, Megaria

Ayam Bakar Megaria

Kompleks Bioskop Megaria yang terletak di pertigaan Jalan Cikini Raya, Jalan Diponegoro, dan Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat ini rupanya menyimpan cerita kuliner nostalgia.

Ayam bakar khas Solo ini selain mempunyai cerita historia tersendiri, juga membawa nuansa nostalgia rasa ayam bakar tempat saya besar, Solo.

Siapa yang menduga, gedung Bioscoop Metropool yang dibangun pada tahun 1932, selain menjadi salah satu gedung bioskop tertua di Jakarta ini juga mempunyai cerita kuliner yang lajak ditjoebaken.

Di samping gedung berarsitektur De Stijl yang dirancang oleh Han Groenewegen inilah kami memulai petualangan kuliner kami.

Warung Ayam Bakar Sari Mulia Asli, begitu nama warung yang terletak tepat di sebelah barat-laut di samping Bioskop Megaria ini.

Bioskop Megaria

Aroma kesohoran langsung terasa begitu memasuki warung sederhana yang ditandai dengan banyaknya pengunjung dan hiruk pikuk malam itu.

Sesuai menu, ayam bakar pun kami pesan dengan segera. Daging ayam potong yang konon melewati 3 tahap pemrosesan ini begitu ngawe-awe untuk segera disantap.

Proses pengolahan ayam bakar ini memang khas, yaitu daging ayam direndam dulu dalam air berbumbu kecap yang sering disebut dengan nama mbacem. Cara ini memungkinkan bumbu dapat meresap ke dalam daging.

Setelah dirasa bumbu cukup meresap, daging kemudian digoreng terlebih dahulu agar matang. Cara ini digunakan untuk mengurangi lemak.

Baru ketika akan disajikan, ayam ini baru dibakar di atas arang dalam waktu yang ndak lama, sampai benar-benar kecoklatan, dan beberapa bagian di sana-sini gosong kemripik.

Cara membakarnya pun unik, yaitu dengan menggunakan arang. Untuk menghasilkan angin, bukan kipas yang digerakkan dengan tangan yang digunakan untuk memasok oksigen, namun menggunakan kipas angin listrik.

Hasilnya, panas arang yang konsisten, sekonsisten putaran dan hembusan angin yang dihasilkan oleh kipas angin tersebut.

Ayam ini pun disajikan lengkap dengan lalapan timun, kemangi, kobis, serta sejumprut sambal merah menantang.

Ketika disobek, daging ayam ini menyerah pasrah tanpa perlawanan. Bumbunya pun cukup meresap dengan menghantarkan nuansa manis kecap.

Menurut saya, walau bumbunya masih ndak senendang Ayam Bakar Ojo Gelo di samping Stasiun Purwosari, Solo, yang ngangeni itu, ayam bakar ini bolehlah dicoba sebagai ayam bakar gagrak Solo yang boleh ditjoebaken.

Rasa ayam bakarnya begitu sederhana, sesederhana pola arsitektur Bioskop Megaria yang banyak menggunakan unsur-unsur garis vertikal dan horisontal, yang mengingatkan saya akan perpaduan bangunan Stasiun Tugu Yogyakarta dan gedung tua kampus UGM.

Sambel berwarna merah tersebut ndak berani saya coba. Bisa jadi sambal itu dapat memeriahkan rasa yang sederhana tersebut.

Ah, saya jadi teringat Dita yang mungkin akan kegirangan melihat sambal sejumprut itu. ;))

Selain ayam bakar, tahu bacemnya juga layak dipoedjiken. Rasa tahu bacem dengan keempukan dan rasa manis yang “pas” cukup membuat saya terngiang kembali buaian kota Solo yang membesarkan saya itu.

Jangan lupa pesan lah segelas Es Teler yang konon merupakan es teler pertama yang diciptakan di Indonesia.

Sejak dulu hingga kini, pengemasan dan komposisi es ini ndak pernah berubah. Diwadahi dalam gelas, bukannya mangkok, membuat kita harus lihai dalam menikmati sensasi es ini.

Es Teler Megaria

Potongan alpukat, suiran kelapa muda, dan nangka yang berpadu dalam susu, air gula, dan air kelapa ini begitu istimewa.

Ada cerita di balik nama Es Teler ini. Konon dulu, Tukiman Darmowijono yang asli Solo ini membuka usaha dagang rokok. Suatu malam dia mimpi didatangi oleh kelinci yang menjelma menjadi kakek tua menyarankan ia untuk berdagang yang segar-segar.

Tukiman pun mengganti usahanya dengan berdagang es buah dan es campur. Salah satu remaja konsumennya pun meminta Tukiman untuk membuat es yang ramuannya begitu sederhana, yang komposisinya hanya kelapa, nangka, dan alpukat.

“Sedap dan bikin teler..”, begitu jawaban anak muda itu ketika ditanya kenapa dia suka dengan ramuan es yang nyeleneh ini. Sejak saat itulah nama es racikan ini disebut dengan Es Teler.

57 comments

  1. wah manstabs, buleh dicuba kapan-kapan. tapi sebelumnya bisa di dikoprol dulu yg di sebelah st. purwosari itu. thx info ne.

    .::he509x™::.

  2. sudah lama ga makan disana, iya, ayam bakarnya memang sedaaappp….
    sudah lama ga lewat daerah megaria euy

  3. wahhhh…. hmmm….
    aku bakal minta si ‘abang’ utk makan disini 😡
    hihihi, klu ke daerah situh di ajaknya cuma makan bubur ayam ajah :d:d
    ternyata ada zam di jkrta berguna juga buat akuuuu hihiihi :-“

  4. buset, ente kok sempet2 nya kuliner mulu ya pak.
    jadi ngiri saya yang ndak bisa kemana2

  5. Waaah jadi ngiler ngliat ayam bakar tergeletak di piring putih manis itu….Hmmm, nyam2… Es telernya juga bikin “klametan”…hmmh andaikan saya punya cukup waktu dan uang untuk berkuliner ria……..:-?:)

  6. bedanya ayam bakar solo sama ayam bakar bandung apa Mas….?

    tapi yang paling dbest mah OjoGelo lah, ayam bakar wongsolo juga kalah… he he he….

  7. Huaaaaa… laper akuu….. tanggung jawabbbbb…[-(

    Anyway… Mas harus coba Ayam bakar Gantari yg di blog M… Harus… itu mantappp banget. Tuhh, khan aku tambah lapar 😛

  8. eh tulisanmu tentang pasar tiban romadhon kauman jogja endi?
    kan tahun kemarin kowe sak bolomu ngliput kan?
    aku ngerti cos aku salah satu pedagangnya, gitu…

  9. jaman neng yogja tau mangan ayam goreng ngarep uny kae ra?
    aku lali jenenge… kok berasa mirip.

    huff,,, wes suw ra mangan ayam goreng enak…
    biasane mung tuku jakarta2 fried chicken, satu2nya makanan terjangkau di rs…

  10. se ingatku ada warung empek empek juga lho di megaria
    itu juga patoet dicjoebaken poela…..
    kemaren sempat 2 hari ke magelang n yogya,senerek di magelang
    di yogya malah beli J co !!!!!
    mau ke sate sapi kota gedhe yang makannya lesehan di lapangan malem-malem itu wis gak sempat
    klo mudik nanti boleh lho diliput itu sate mas..

  11. pesen es teller setunggal, pak!

    *sambil menelan air liur, dan melihat ternyata buka puasa satu setengah jam lagi*

    tenkyu buat postingannya. ayam bakar n es teller-nya worth to try kayanya. just ten minutes away from megaria.

  12. cRa bUat`y 9mN siH…..????
    boLeh taU 9aK,,,,????

    cOz Qu sKa b9t aYaM bKar,,,,
    yA….t`maSuk mKnan faV Qu…

  13. Yups…

    Emang bener…

    Ayam Bakar Hj. Samijem di megaria…
    (sekarang namanya METROPOLE XXI)

    Rasanya luar biasa enaknya…

    Apalagi kalo lagi dapet gratisan…
    Hhe_^…

    Tapi, mesti nunggu 2 minggu sekali…
    Pas Pak Semar (Romo/Sukidi) lembur bikin sambel… Ditemani warno, iwan, dan teman2 yang lain… Jadi gak sabar pengen nyambel lagi… Kan jadi bisa makan nasi goreng buatan Romo juga… Hhe_^

Comments are closed.