Ramen 38, Kedai Ramen Bernuansa Jepang

Kedai Ramen 38 (Ramen Sanpachi)

Pas di Jogja, saya menemukan sebuah kedai yang menyediakan ramen, namun rasa dan suasanya sudah amat sangat terlokalisasi. Ramen “njawani” kalo saya bilang. ๐Ÿ˜€

Nah, beberapa waktu yang lalu, saya berkunjung ke Ramen 38 (Ramen Sanpachi) yang terletak di dalam Gedung Kamome, Jl. Melawai Raya No. 189 B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tepatnya berada di atas Starbuck Melawai.

Begitu masuk ke dalam gedung ini, terutama di lantai atas, nuansa “nJepang”-nya akan langsung terasa. Memang, di kawasan Melawai ini ada tempat yang sering disebut dengan “Little Tokyo”.

Little Tokyo, tempat ini disebut demikian karena memang di tempat itu sering dijadikan tongkrongan orang-orang Jepang. Beberapa toko, kedai, kafe, restoran pun kebanyakan dikunjungi oleh orang Jepang dan menyediakan makanan Jepang. Suasananya dibuat semirip mungkin dengan di Jepang, mulai dari arsitektur ruang, interior, gaya berpakaian pramuniaganya, hingga ucapan “selamat datang” dan “terima kasih”-nya pun diucapkan dalam Bahasa Jepang, walau si pramuniaga ini orang Indonesia. ๐Ÿ˜€

Gedung Kamome ini terletak ndak jauh dari Little Tokyo, sehingga hawa-hawa Jepangnya masih terasa. Kesan sepi cukup terasa begitu sampai di lantai 2, namun kesan sepi tersebut akan sirna ketika masuk ke dalam kedai.

“Irasshaimase!”, teriak pramuniaga cukup mengagetkan ketika saya memasuki kedai menyirnakan kesan sepi plus mendatangkan kesan nJepang. Benar saja, saya seperti kehilangan orientasi begitu menikmati suasananya. Hanya pramuniaga yang bukan orang Jepang lah yang membuat saya tersadar kembali bahwa saya tidak berada di Jepang.

Suasana kedai yang Jepang banget

Duduk di meja dan dingklik kayu beralas bantal duduk, dengan pernak-pernik meja dan dekorasi ruangan ala Jepang, plus sebuah daftar menu berhuruf kanji, membuat saya seperti hilang konsentrasi antara memilih menu atau mengamati suasana.

Sebuah meja bar panjang berada di sisi lain. Sang koki pria (lebih tepatnya si peracik ramen) nampak memukul-mukulkan pisaunya seperti sedang mencacah sesuatu secara bergantian sehingga muncul bunyi berisik “tok-tok-tok-tok” dinamis, padahal tiada apa pun yang dicacah.

Dua buah televisi yang menayangkan acara TV Jepang, entah rekaman atau memang live dari TV kabel, memper-jepang-kan suasana. Iklan-iklan Jepang yang lucu dan kreatif mampu membuat saya tersenyum karena iklan-iklan ini begitu ekspresif, sehingga saya yang ndak bisa berbahasa Jepang pun bisa menangkap apa maksud iklan tersebut.

Seorang pria nampak lahap menikmati ramen yang ada di depannya. Pramuniaga wanita berseragam dengan nama dan nomor di punggung, mirip dengan seragam sepak bola, nampak berdiri menunggu di ujung meja bar.

Saya bingung ketika hendak memilih menu. Berbagai menu dengan tulisan kanji, walau dilengkapi dengan romanjinya, membuat saya tetap saja bingung karena benar-benar merasa asing dengan menu-menu yang ditawarkan. Belum lagi label “kehalalan” membuat saya makin bingung menentukan pilihan.

Daftar menu memang memberikan informasi berupa tanda lingkaran berwarna merah untuk menu yang mengandung babi, tanda kuning untuk menu yang daging dan minyaknya bisa diganti dengan selain babi, dan tanda berwarna biru yang benar-benar halal.

Daftar menu Ramen 38

Saya pun pasrah dan akhirnya menyerahkan pemilihan menu sesuai rekomendasi si pramuniaga, dengan syarat menu tersebut harus halal. ๐Ÿ˜€ Setelah memilih-milih menu rekomendasi dari si pramuniaga, saya pun memilih Tan-men.

Setelah menu dipesan, kita akan disuguhi gelas kecil berisi air putih sebagai “welcome drink”. Bila air di dalam gelas ini habis, pramuniaga akan mengisinya lagi. Sambil menunggu, saya mengamati peta jalur kereta bawah tanah di Jepang yang terpampang. Tak jelas daerah mana karena semuanya berhuruf kanji.

Mengamati peta yang jalurnya mbundet ini membuat saya berpikir, betapa rumitnya pengaturan jalur-jalur kereta di sana. Hampir setiap sudut dapat dijangkau hanya dengan menggunakan kereta yang jalurnya saling menyilang dan tumpang tindih ini. Namun kerennya, meskipun njlimet, semuanya serba teratur dan tepat waktu! :top

Iklan sebuah produk pemutih kulit yang ditayangkan di TV juga menarik perhatian saya. Bayangkan, di Jepang yang cewek-ceweknya udah putih, kok masih butuh produk pemutih kulit? Mau seputih apa? :))

Tak lama pesanan saya pun datang. Saya sudah menduga sebesar apa porsinya, sehingga ketika pesanan saya datang, saya ndak begitu kaget. ๐Ÿ˜€

Tanmen Ramen

Tan-men, yang konon berasal dari Schezwan di Tiongkok ini, berisi ramen, potongan daging sapi (aslinya menggunakan daging babi) yang direbus tak terlalu lama sehingga berwarna coklat muda-kemerahan, sayuran berupa kubis, tauge, wortel, dan buncis. Kuahnya menggunakan miso (tauco Jepang) dan minyak wijen yang di lidah saya rupanya masih kurang berasa “nendang” karena terbiasa dengan masakan Indonesia yang berempah.

Porsinya rupanya cukup menipu, karena ternyata isi mie-nya tidak sebesar mangkoknya. Jadi jangan khawatir dan keder duluan ketika melihat mangkuk segede baskom terhidang di depan hadapan Anda. ๐Ÿ˜€

Jika sudah selesai, pramuniaga akan memberikan bonus berupa segelas kecil berisi potongan agar-agar sebagai pencuci mulut. Tak lupa ucapan “arigatou gozaimash”, diiringi bungkukan dari pramuniaga mengiringi saya keluar dari kedai.

Menurut website resminya, kedai Ramen 38 ini juga ada di Wisma Hoka Jl. Wahid Hasyim, Cikarang, Mall Pondok Indah 2, Mall Artha Gading, dan di FX (Kuishinbo).

60 comments

  1. oalah.. itu tho yang diteriakin kalo kita masuk dan keluar warung masakan jepang? saya kalo diteriakin gitu gak mudheng, maksudnya apa..
    btw, “ramen” bukan singkatan “rada mentah” kan ya? ;))

  2. bener dab, hati2 dg kehalalannya. mnrt sy, kl penggorengannya masih nyampur dg yg haram… jadinya tetep haram.
    jd kl mau beli, mending bawa panci penggorengan sendiri :))

  3. hmmm….enaknya :d

    jadi laper nih….

    sayangnya jauh disana ,saya tinggal di Surabaya ๐Ÿ˜€ !!!

    salam kenal yah……… ๐Ÿ™‚

  4. wah2, sepertinya beberapa rekan mengkhawatirkan ke-halal-dan-haram-an sajian di restoran ini. Anyway, resto ini makin memperkaya ragam kuliner di Jakarta. Semoga kawasan Melawai juga turut berbenah.

  5. kamu ke mall yg baru di sudirman (bunderan HI) yg juga ada gramedianya aja, di sana ada area mirip jepang, spanyol, jerman, hongkong dsb-nya…kamu akan lebih tercengang lagi :d

  6. lebih cocok makan mie instan kalau saya sepertinya lebih Indonesia, baik porsi maupun harga ๐Ÿ™‚ , atau ramen berjenis soyu ramen yang kalau menurut saya rasanya agak mendingan.

  7. menikmati suasana Jepang sejepang-jepangnya ya di Grand Indonesia doms.. di situ ga cuma jepang, ada arab, china, sampe NY ada… hohohoho..

    eh motret mie nya emang harus disebelahnya blekberi ya? :-“

  8. Kata temanku, semua mie ramen itu haram >_<
    Logis juga sih, karena masih menggunakan peralatan masak yang sama.

    *bertobat setelah makan di sana*

  9. @ Bu Edratna:

    ada di deket Taman Mahakam (gedung Kamome/Starbuck Melawai)

    ada yang bilang kalo yang makanan halal bercampur (dimasak di tempat yang sama) dengan yang haram, maka ikutan haram. masalah “halal/haram” ini saya kembalikan kepada pembaca semua. ๐Ÿ™‚

  10. Wah, gak bakalan ke sana wong biasa ke warung indomi. Paling2 beli mi instan mereka “top ramen”, trus dimasak sendiri. (Pancen aku wong ndesa….)

  11. iya bener, konon kabarnya ramen itu ga halal, hiks.. klo gitu makan mie jawa aja deh, kayanya segernya sama, hehehe.. excuse..

  12. penjelajahan kuliner mu semakin mendunia kang, sampai njepang, kapan nginggris dilanjut ngarab kang? hehehe ๐Ÿ™‚

  13. tumben total kerusakan sudah ada skrinsutnya. Gak perlu repot-repot ngajarin lagi menanggung resiko total kerusakan yang ditimbulkan.

  14. =p~ enak tu kyna, tu mie nya segede-gede yg di jogja ga kang?

    wah ati2 itu akang, blackberry-nya nek ketumpahan kuah lho!panas!^^

  15. Waaahhh.. pengeeenn…
    kemaren aku nyoba ramen yang di Citraland Semarang, rasanya enak juga..

    Ntar kalo ke jogja dan jakarta tak mampir deh

  16. blom pernah makan ramen…:(( sebenernya udah cukup lama pengen nyobain… tapi gak pernah berani :”> takut gak enak gitu ๐Ÿ˜• tapi tempat nya cozy banget ya keliatannya…:x

  17. saya pernah kesini nih..
    zam kapan kapan mainnya ke Little Tokyo yang didalam Blok M..misalnya ‘ Zen ” disana..untuk refernsi bisa tanya Mas Paman..

  18. kirain sekarang udah ga di jogja dan hijrah ke jepang, zam.. huahahah.. :-”

    ih, kayaknya enak. pengen nyicip ah..

  19. soal tanda warna untuk haram-halal, kok aku ndak yakin yah zam. setahuku, kalau diolah di tempat yang sama, kemungkinan saling-silang materi haram itu sangat mungkin terjadi.

    eh mbuh lah, pesen babine siji mas!

  20. hmmm…yummy….tabetai na kono ramen….
    tapi kok porsinya dikit amat…:-?
    soalnya saya dolo waktu di jepang porsinya 2X nya itu:-“.
    dan mienya kok ga keliatan ya;)
    Jadi pengen makan…itadakhimasu….:d

  21. ramen sanpachi emang ada menu babinya tapi itu yang di blok m sama di gading yang banyak org chinesenya(sdh tanya yang jual) tapi kalo yang di cabang lain banyak yang diganti ayam dan satu resto lagi yaitu: “ajisen ramen” (pake telur/tauco jepang) di campur jadi kuahnya putih susu gt mereka jg ada menu B2nya…

    kalo yang halal bisa coba ramen di “beppu restoran” (ada bumbu koyanya) salah satunya di PIM 1 dan “restoran Taichan” (bumbunya oke banget)salah satunya di plasa indonesia, ato “gokana restoran”(rasanya kaya makan indomie si)

    yah moga para ramen mania (kaya gw) bisa pilih yang kalian suka…sory rata2 tempatnya dijakarta

  22. sori nih…
    tapi kan tetep aja gak bole makan yang dimasak nya bareng2 (1 panci yang abis masak)sm si babi.. nyium bau babi aja gak bole… -.- mana ada halal nya

Comments are closed.