Sejarah Panjang Guinness Si Bir Hitam

Bir hitam Guinness

Bagi kaum muslim, bir merupakan salah satu minuman yang diharamkan. Namun ndak dapat dipungkiri, di lain sisi, bir juga menjadi bagian dari budaya dan gaya hidup manusia yang mempunyai sejarah panjang.

Saya bukan peminum bir, namun saya tertarik dengan proses pembuatan dan sejarah panjang yang melatari sebuah bir menjadi salah satu minuman yang populer hingga sekarang.

Apalagi bir ini banyak sekali ragam dan jenis, sehingga saya pun mencoba menelusuri kisah Guinness, salah satu produsen bir yang berhasil berjaya selama 250 tahun.

Konon bir sudah dikenal lama, bahkan prasasti tanah liat di Mesopotamia dan Mesir menjelaskan dengan rinci resep pembuatan bir pada tahun 4.300 sebelum masehi. Bir juga telah dikenal dan dibuat oleh bangsa Cina kuno, Syiria, dan suku Inka.

Pembuatan dan Jenis-Jenis Bir

Bir biasanya terbuat dari air fermentasi biji-bijian. Biasanya terbuat dari biji Barley (Hordeum vulgare), yang bentuknya seperti gandum, yang direndam di dalam air hingga berkecambah. Setelah berkecambah, proses ini dihentikan dengan cara dijemur atau dipanggang. Biji kering inilah yang disebut dengan “malt”.

Cita rasa bir ditentukan oleh bahan-bahan malt ini. Setiap daerah biasanya mempunyai bir dengan cita rasa khas daerahnya, tergantung dari biji apa yang digunakan dan bagaimana cara mengolah malt ini.

Malt ini kemudian direbus dalam air dan diberi ragi agar terjadi proses fermentasi yang mengubah karbohidrat (gula) menjadi alkohol. Jika proses ini salah, maka alkohol yang dihasilkan bisa beracun.

Nah, alkohol yang dihasilkan pada minuman fermentasi adalah jenis ethanol (C2H5OH), sedangkan alkohol yang beracun dan sering dipakai di dunia medis untuk sterilisasi adalah methanol (CH3OH).

Tabung fermentasi bir

Untuk menambah rasa dan mengimbangi rasa manis malt, ditambahkan bahan-bahan lain. Biasanya yang sering digunakan adalah buah atau bunga Hop yang akan memberikan rasa pahit sebelum larutan malt masuk ke proses fermentasi.

Tanaman Hop (Humulus lupulus) merupakan salah satu spesies dari genus Humulus keluarga Cannabaceae. Nah, tanaman Hop ini berbeda dengan ganja (Cannabis sativa) meski ganja merupakan salah satu species dari genus Cannabis yang merupakan famili Cannabaceae juga loh.. ;))

Ragi yang digunakan dalam pembuatan bir menentukan jenis bir. Ada beberap jenis bir, namun beberapa yang populer antara lain Ale, Lager, Pilsener, dan bir hitam.

Ragi Saccharomyces cerevisiae digunakan dalam proses pembuatan bir jenis Ale, sedangkan bir jenis Lager menggunakan ragi Saccharomyces uvarum, Saccharomyces pastorianus, atau Saccharomyces carlsbergensis.

Bir jenis Pilsener sebenernya merupakan varian dari bir Lager, namun metodenya sedikit berbeda. Metode ini ditemukan pertama kali di Pilsen, yang sekarang masuk ke dalam wilayah Republik Czech.

Bir hitam merupakan varian dari Ale yang menggunakan jenis malt yang berwarna gelap yang terjadi akibat proses pemanggangan ketika pengeringannya.

Guinness, Produsen Bir Hitam Tersohor

Bir hitam tercatat pertama kali dibuat pada tahun 1730-an di London, Inggris. Bir hitam kemudian menjadi populer di daratan Britania Raya dan Irlandia.

Arthur Guinness

Arthur Guinness, seorang Irlandia memulai usaha brewery (pembuatan bir) dengan bermodalkan uang £ 100 pada tahun 1755 di kota kelahirannya, Leixlip.

Empat tahun kemudian, pada tahun 1759, Arthur Guinness menyewa sebuah pabrik pembuatan bir di St. James’s Gate, Dublin, Irlandia, untuk jangka waktu 9.000 tahun dengan uang muka £ 100 dan biaya sewa £ 45 per tahun yang sudah termasuk biaya penggunaan air, salah satu bahan utama pembuatan bir.

Dari pabrik pembuatan bir seluas sekitar 1,6 hektar ini lah Guinness pertama kali memproduksi bir jenis Ale dan Porter. Pabrik ini kemudian berganti nama menjadi St. Jame’s Brewery dan sekarang lebih dikenal dengan dengan nama House of Guinness.

St. James Street Brewery, Dublin

Porter sendiri merupakan sebutan untuk bir berwarna hitam yang terbuat dari malted Barley yang berwarna gelap. Minuman jenis ini pada saat itu sering dikonsumsi oleh para porter (buruh pengangkut barang) di London, sehingga minuman ini sering disebut dengan minuman “porter”.

Dari istilah “porter” ini kemudian muncullah istilah “stout” yang kurang lebih artinya sama, yaitu bir hitam. Nama “stout” digunakan untuk bir hitam yang rasanya cenderung lebih kuat.

Ceritanya sih, berawal dari sebutan untuk porter yang kuat, sehingga disebut dengan “extra porter”, “double porter”, atau “stout porter”. Kemudian nama “stout porter” lebih sering dipakai dan lama-lama menjadi “stout” saja.

Sejak tahun 1799, Arthur Guinness menghentikan produksi bir jenis Ale dan lebih berkonsentrasi pada pembuatan bir jenis Porter yang semakin populer. Pada tahun 1840-an, Guinness memakai sebutan “stout” untuk bir produksinya yang berasa lebih kuat.

Ciri Khas Bir Guinness

Bir hitam “Stout” Guinness dibuat seperti bir hitam biasa, yaitu malted Barley dan bunga Hop yang dilarutkan di dalam air kemudian diberi ragi agar terjadi proses fermentasi. Namun pada bir Guinness ada beberapa keistimewaan.

Barley yang digunakan Guinness berkadar serat tinggi. Setelah berkecambah, Barley dikeringkan dengan cara dibakar dengan cara tradisional sehingga memberikan warna rubi gelap sehingga seperti warna hitam dan cita rasa khas Guinness.

Poster iklan "Guinness is Good for You" tahun 1920-an

Campuran Barley ini juga ditambahkan kuntum bunga Hops betina dengan jumlah yang lebih banyak daripada pada bir lain sehingga memberikan rasa dan aroma yang lebih kuat.

Penambahan bunga Hops ini selain untuk menyeimbangkan rasa manis, juga berfungsi sebagai pengawet alami.

Guinness juga dikenal sebagai “meal in a glass” karena kandungan kalorinya yang rendah, sekitar 198 Kkal, lebih rendah dari jumlah kalori susu skim atau jus jeruk pada takaran yang sama.

Karena kandungan rendah kalori inilah, Guinness sempat terkenal dengan semboyan “Guinness is Good for You” pada tahun 1920-an.

Penampilan dan Penyajian

Selain cita rasa, Guinness memperhatikan betul cara penyajian dan penampilan bir hitamnya. Penyajian bir dalam gelas pint berwarna hitam pekat dengan busa di bagian atas yang creamy dan bertahan lama adalah ciri khas Guinnes.

Gelas pint berbentuk seperti bunga tulip membuat genggaman gelas begitu mantab. Gelas bersih akan menampilkan warna bir yang begitu cantik terutama pada proses terbentuknya busa.

Busa berwarna putih creamy yang terbentuk perlahan yang merupakan hasil karbonasi nitrogen dan karbondioksida membuat busa ini bertahan lama, tidak seperti busa pada bir lain yang akan hilang dalam beberapa saat.

Busa merupakan ciri khas Guinness sejak dulu. Ketika menuangkannya ke dalam gelas pun diperlukan teknik tertentu agar busanya tampil cantik.

Penampilan bir Guinness

Caranya dengan memiringkan gelas sebesar 45°, kemudian mengisinya dengan bir hingga hampir ¾ tinggi gelas dan ketika hampir mencapai ¾ tinggi gelas lalu gelas ditegakkan. Biarkan busanya terbentuk dengan sempurna, baru setelah itu ditambahkan lagi hingga busa nyempil-nyempil di permukaan gelas.

Untuk caranya bisa dilihat di video berikut ini:

Tradisi khas penuangan Guinness lainnya adalah ketika busa terbentuk. Karena proses terbentuknya busa ini cukup lama dan cantik, pecinta Guinness harus menunggu hingga busa terbentuk sempurna sebelum diminum.

Warna coklat yang berubah menghitam bergerak merambat dari bagian dasar gelas menuju ke atas yang terjadi dari reaksi nitrogen sebelum berubah menjadi busa putih menjadi pertunjukkan tersendiri. Ini lah ciri lain penyajian bir Guinness yang ndak ada di bir lainnya.

Kebiasaan menunggu dan mengamati proses terbentuknya busa bir ini memunculkan istilah populer di antara pecinta Guinness, “Good things come to those who wait”.

Perkembangan Kemasan Guinness

Kaleng berpelampung Guinness

Tahun 1834, Guinness dipasarkan dalam botol ketika pajak kemasan berbahan kaca dihapuskan. Sebelumnya, Guinness dipasarkan dalam gentong-gentong dalam ukuran barel.

Tahun 1959, Guinness akhirnya dijual dalam bentuk draught, yaitu tabung-tabung besar (keg atau cask) dengan kran-kran khusus bertekanan yang biasa ada di bar-bar. Seorang bartender akan menuangkan bir ke dalam gelas dari draught.

Draught ini pun mengalami berbagai perkembangan, terutama dalam teknologi penuangan bir ke dalam gelas.

Tahun 1988, Guinness mulai dikemas menggunakan kaleng. Yang membedakan kaleng bir Guinness dengan yang lainnya adalah digunakannya sebuah pelampung yang berfungsi menjaga tekanan di dalam kaleng agar ketika dituang ke dalam gelas dapat menghasilkan reaksi yang sama ketika bir dituangkan dari draught.

Teknologi ini sudah dipatenkan dan bahkan pada tahun 1991, teknologi ini mendapatkan penghargaan dari Ratu Inggris.

Tahun 1999, teknologi pelampung yang digunakan pada kaleng diterapkan juga di dalam botol. Pelampung berbentuk roket ini juga difungsikan untuk menjaga tekanan agar ketika dituang, bir memberikan efek yang sama seperti ketika dituang dari draught.

Dublin dan Brand Guinness

Logo Guinness

Guinness begitu identik dengan Irlandia. Maklum aja, logo Guinness menggunakan gambar harpa dari Brian Boru yang juga merupakan simbol dari negara Irlandia.

Bedanya, logo harpa Guinness ini dicerminkan (flip vertikal) dari simbol negara Irlandia.

Logo yang bernama The Harp ini mulai diperkenalkan pada tahun 1862 dan terdaftar sebagai merek dagang pada tahun 1876.

Selain logo, Guinness juga begitu dekat dengan tradisi masyarakat Irlandia. Guinness seolah-olah menjadi minuman yang wajib ada di setiap perayaan.

Sejak dulu, Guinness telah memberikan kontribusi terhadap dunia industri Dublin dengan memberikan upah yang layak dan kesejahteraan kepada pegawainya.

Melalui bisnis brewery yang dirintis Guinness, Dublin kini berkembang menjadi salah satu kota industri yang diperhitungkan duina.

Tulisan di poster: BEER helping ugly people having sex since 1862!

Sejarah panjang Guinness tak lepas juga dari sejarah panjang Dublin. Kota yang hampir tak tersentuh perang dunia kedua ini memiliki banyak bangunan kuno dan bersejarah.

Salah satunya adalah pabrik mereka di St. Jame’s Gate yang meski mesin-mesin mereka menggunakan mesin-mesin modern, arsitektur dan bentuk bangunannya tidak berubah.

Hawa yang sejuk, suasana tenang, juga menjadi suasana sehari-hari di Dublin. Ndak heran kalo untuk menikmati bir saja, masyarakat Dublin masih mempertahankan tradisi “Good things come to those who wait”.. :drunk

Nah, dalam perayaan ulang tahun ke-250 tahunnya ini, Guinness memberikan kesempatan buat kita yang ingin merasakan suasana di Dublin, sambil menikmati suasana tradisi perayaan ala masyarakat Irlandia.

blog-badge_200

Kita ndak harus mengkonsumsi bir untuk mendapatkan kesempatan ini. Cukup dengan kepiawaian menulis blog atau kemampuan memotret, kita bisa mendapat kesempatan meraih tiket terbang ke Dublin.

Kalo misalnya saya yang dapet dan terbang ke Dublin, saya pasti akan berfoto-foto di depan gerbang St. Jame’s Gate yang terkenal itu!

Trambule, dab! :drunk

Gambar diambil dari Google

27 comments

  1. biasane ming ciu wungkulan saiki mbahas bir… trambule gek diubengke juraga..n… :drunk

  2. Wah.. ini ikutan lomba blog itu ya mas..? Mantab.. orang2 pada ngebahas dubin, doi ngebahas birnya.. sekedar share, ada satu quote nih dari homer simpsons: “To beer!! The cause of, and solutions to all life’s problems!” 😉

  3. Kepiawaian photo-photo soal Guinness? wah itu object yang sulit di dapat di tempat kami kang, jauh lebih mudah kalo nulis soal kopi,
    kapan setarback bikin acara beginian? hehehehehe…

  4. wehehe.. jadi ingat warung ayam kalasan simbah semasa saya kecil. sedia bir hitam ini :-”
    aye dukung keikutsertaannya bung zam di lomba yak… semoga bisa ketemu bang bono di dublin.. 😡

  5. Saya suka membaca tulisanmu ini…walau belum pernah dan tak akan pernah menikmati bir.

    Ehh dulu saat masih muda, di Jawa Timur ada minuman yang terkenal dengan nama “kopi bir”. Rasanya enak, diminum saat panas tengah hari…mungkin rasanya seperti mocca sekarang ini, tapi lebih mantap.

  6. aku ra doyan bir mas…ngombe pisan wedi nek ketagihan…memang bener kudu menghindari…soale iso nagihi..nek wis nagihi marakke penyakit..
    rasane malah nggawe turu ki…piye?

Comments are closed.