Kenali Budaya dan Alam Indonesia Dengan Wisata Ekologi

Fresh @ FGD Expo 2009

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan kabar klaim Malaysia terhadap Tarian Pendhet dari Bali di iklan pariwisata mereka. Kita pun mencak-mencak, bertindak reaktif, dan cenderung menyalahkan Malaysia.

Saya merenung dan bertanya pada diri saya sendiri. Sudahkah kita mengenali kebudayaan dan sumber daya alam kita? Lalu pantas kah kita hanya mencak-mencak ketika “harta” yang tidak pernah kita pedulikan justru diklaim oleh orang lain (walau maling tetaplah maling)?

Mari kita cegah peristiwa memalukan seperti ini terjadi lagi di masa depan, dengan mengenali dan melestarikan potensi kebudayaan dan sumber daya alam kita. Salah satu cara paling gampang adalah dengan melakukan wisata ekologi.

Andai kita semua menerapkan konsep wisata ekologi ini sehingga kebudayaan dan sumber daya alam kita bisa dikenal, minimal oleh diri kita sendiri dan kita bisa mengenalkan ke daerah lain, niscaya insiden klaim-mengklaim ini tak akan terjadi lagi.

Apakah Wisata Ekologi (Eco Tourism) itu?

Pas acara Fresh yang diadakan di FGD Expo di Senayan beberapa waktu lalu, Nico Alyus dari TravelWan menjelaskan tentang konsep Wisata Ekologi ini.

Menurut Hector Ceballos Lascurain, seorang arsitek yang juga ahli lingkungan dari Mexico yang mencetuskan konsep “eco-tourism”, wisata ekologi adalah

Tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas

Sedangkan menurut The International Ecotourism Society, wisata ekologi adalah

Responsible travel to natural areas that conserves the environment and improves the well-being of local people

Saya cenderung lebih setuju dengan konsep wisata ekologi yang didefinisikan oleh The International Ecotorusim Society tersebut.

Jika dulu kita berwisata dengan membawa kebiasaan kita ke tempat tujuan wisata, nah dengan menggunakan konsep wisata ekologi ini, justru kita yang harus beradaptasi dan mengikuti kebiasaan yang ada di tempat tujuan.

Konsep wisata ekologi juga membiasakan kita untuk mengekplorasi lokasi tanpa merusak alam yang ada di lokasi wisata itu.

Caranya gimana?

Sebenernya mudah menerapkan konsep berwisata ekologi dalam setiap perjalanan kita. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan berdasarkan pengalaman saya.

Membaur dengan kehidupan lokal. Saya sering membaur dan berinteraksi dengan masyarakat lokal di tempat yang saya kunjungi. Selain berkenalan, kita juga bisa mendapatkan informasi-informasi atau tips-tips yang berguna atau larangan-larangan yang ada di tempat itu. Selain kita mengenal daerah yang kita kunjungi, dengan berinteraksi dengan masyarakat lokal kita bisa mengenalkan budaya dari daerah asal kita.

Mencoba berkomunikasi dengan bahasa lokal setempat juga bisa memberi cerita tersendiri. Pernah suatu kali ketika saya berada di daerah Sumedang, saya bertanya arah kepada seseorang bapak tua dengan logat disunda-sundakan. Hasilnya, saya pusing sendiri karena tanpa diduga, bapak tua itu menjawabnya dengan bahasa Sunda halus yang saya sama sekali tidak mengerti! :))

Berbincang sok tau dengan turis asal Jerman

Bila memungkinkan, menginap di hostel/guest house kelas backpacker atau di angkutan umum yang membawa kita menuju suatu daerah yang memungkinkan interaksi dengan sesama pejalan juga bisa menjadi cara berbaur yang menarik. Berbincang dan berinteraksi dengan pejalan dari berbagai daerah tentu membuat kita mengenal kebudayaan pejalan tersebut.

Mencoba makanan khas dan membeli barang-barang lokal. Ketika saya berkunjung ke suatu tempat, saya selalu mencoba makanan khas daerah tersebut selama tidak bertentangan dengan keyakinan (halal/haram) dan tidak membahayakan (jika memiliki alergi terhadap makanan tertentu).

Bagi saya, makanan khas suatu daerah, selain mempunyai cita rasa tertentu juga memilik cerita dan riwayat yang menarik. Cerita rakyat di balik penamaan nama makanan, teknik dan metode mengolah makanan yang unik, mampu menambah pengetahuan saya mengenai suatu daerah.

Penjual kerak telor

Jika tak sempat mengicip, membeli oleh-oleh untuk dibagikan kepada kerabat juga bisa menjadi alternatif. Tentu saja, selain kita membantu perekonomian daerah tersebut, kita juga memperkenalkan makanan daerah tersebut ke daerah lain.

Menjaga alam dari kerusakan dan bila mampu, ikut melestarikannya. Ada satu slogan yang saya pegang selama ini:

Jangan ambil apapun selain gambar, jangan bunuh apapun selain waktu, jangan tinggalkan apapun selain jejak kaki.

Mengikuti kegiatan konservasi alam merupakan cara berwisata ekologi yang menantang. Selain ikut terlibat secara langsung, pengalaman berwisata seperti ini tak akan terlupakan. Namun bila tidak memungkinkan untuk terlibat langsung, berkunjung ke taman nasional, suakamargasatwa, candi, atau museum juga bisa menjadi alternatif berwisata ekologi.

Bermain bersama Penyu Sisik (Eretnochelys imbricata)

Bila memang cara-cara tersebut di atas masih belom bisa terlaksana, dengan menjaga lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya atau menggunakan produk dalam negeri juga bisa dibilang berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.

Kaos dari GantiBaju.com

Pun pada event FreSh beberapa waktu lalu. Acara fashion show yang didukung oleh GantiBaju.com, sebuah situs jualan kaos yang punya misi mengakomodasi dan membawa nilai-nilai lokal Indonesia, juga berusaha untuk berpartisipasi dalam mendukung wisata ekologi.

Saya yang saat itu juga berkesempatan mencoba kaosnya, merasa bahwa bahan kaos dari GantiBaju.com sangat nyaman dan cocok untuk iklim tropis Indonesia karena mudah menyerap keringat. Kalo sudah begini, penggunaan tissue untuk menyeka keringat ketika dalam perjalanan juga berkurang dan ujung-ujungnya penghematan kertas bisa dilakukan.

Selain itu, desain yang menonjolkan unsur-unsur kelokalan juga bisa digunakan sebagai media promosi dan pengenalan budaya Indonesia ke manca negara ketika kita sedang jalan-jalan ke luar negeri.

Jadi, mari kita mulai perjalanan kita dengan menerapkan prinsip-prinsip wisata ekologi!

18 comments

  1. Kalau sampai Malaysia tu mau mengklaim candi-candi juga, saya bakal turun ke medan laga langsung. hohohoho!

    Saya setuju dengan Wisata Ekologi, terutama kita bisa belajar budaya masyrakat setempat. Malah saya pingin semacam KKN di tempat2 eksotis di Indonesia, macam Pulau Gili, Mentawai, Raja Ampat, buat mengenal kehidupan warga lokal sekaligus menikmati alamnya.

  2. bicara tourism dan smua claim dari sang terrorist Jiran.. plus adanya Blog bertemakan wisata, saya rasa sudah sepatutnya gov. mengajak kita2 untuk berkolaborasi

  3. “Mencoba makanan khas dan membeli barang-barang lokal”

    Ini yang suka bikin perang batin.

    Beli di toko atau di asongan/kakilima ? Di toko barangnya relatif terjaga mutunya, kalau asongan bisa nuthuk atau kualitas dipertanyakan.

  4. sip sip…cerdas!!
    jadi pengen mengikuti jejak para blogger n backpacker yang cinta negeri sendiri…
    sayangnya di kantor nggak bisa buka blog ku je…

  5. banyak banget budaya indonesia sampai2 malaysia mengklain sebagian budaya, lagu, dan wilayah.. maumya malaysia apa si??[-(

  6. Kita jaga dan lestarikan budaya nusantara kita, misalnya dengan membuat dokumentasi digital atau museum virtual 🙂

Comments are closed.