Kepulauan Seribu masih punya banyak pesona. Meski hanya berjumlah 342 buah pulau, rasanya masih ada saja hal unik dan menarik yang bisa ditemukan di sana.
Kali ini saya mengunjungi Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, di gugus utara Kepulauan Seribu. Pulau Kelapa? Ya, itu lah nama pulau yang konon bisa merayu, seperti dalam lagu ciptaan Ismail Marzuki, “Rayuan Pulau Kelapa”, yang menjadi lagu nasional itu.
Walau dalam lirik lagu “Rayuan Pulau Kelapa” berisi puji-pujian dan gambaran indahnya Indonesia, rupanya keadaan Pulau Kelapa tidak sepenuhnya sesuai dengan lirik lagu. Dalam pandangan umum saya, pulau ini terlihat lebih gersang daripada Pulau Pramuka atau Pulau Tidung.
Tiba di dermaga Pulau Kelapa yang lautnya berwarna tosca, kami disambut oleh jajaran tukang becak yang menawarkan jasanya. Panas begitu terik, namun tak menyurutkan semangat kami ketika menginjakkan kaki setelah menempuh perjalanan cukup panjang, kurang lebih tiga setengah jam duduk terpanggang matahari di atas atap kapal motor yang berangkat dari dermaga Muara Baru, Muara Angke jam 7:30 pagi.
Dengan sopan kami menolak tawaran becak-becak tersebut dan memilih mampir di sebuah warung makan di ujung dermaga. Selain untuk mengisi perut, kami juga ingin mengorek informasi penginapan dari pemilik warung di pulau ini, karena memang lagi-lagi kami berangkat dengan nekat, tanpa rencana atau tujuan, pokoknya segera angkat pantat dari sumpeknya Jakarta.
La gimana tidak, kami cuma bermodal nanya ke tukang kapal, “Bang, ini kapal berangkat ke mana?”. Begitu mendengar mo ke Pulau Kelapa, kami pun langsung naik tanpa pikir panjang.
Saya menduga becak-becak ini berasal dari Jakarta, yang dilarang beroperasi di Jakarta pada tahun 1994. Becak-becak itu sebagian besar ditenggelamkan di laut Jawa, namun sebagian yang tidak ditenggelamkan diangkut ke sini.
Dari keterangan pemilik warung, yang menunya sangat-sangat sederhana, yaitu hidangan ikan laut, kami mendapat keterangan untuk menginap dengan menyewa sebuah rumah milik Pak Haji Asmawi (08176662315) yang berada di Pulau Harapan.
Awalnya kami bingung ketika disarankan untuk naik becak atau berjalan kaki saja ke Pulau Harapan, karena kami kira kami harus menyeberang pulau menggunakan kapal. Ternyata ada sebuah jalan berpaving block yang sangat bagus yang menghubungkan kedua pulau, yang dibangun di atas karang yang telah direklamasi dengan menimbun batu-batu beton di atas karang.
Hanya 10 menit dari dermaga Pulau Kelapa, kami sampai di gerbang Kelurahan Pulau Harapan, yang bersama dengan Pulau Kelapa masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kab. Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Di beberapa sudut pulau, saya mendengar dialek bahasa Bugis. Unik, karena meski masuk dalam wilayah DKI Jakarta, justru suku Bugis yang sejak dulu terkenal sebagai pelaut ulung, merupakan suku yang dominan mendiami pulau ini setelah suku Jawa dan Betawi.
Yang mengesankan lagi, meski berbeda pulau, penduduk di sini saling mengenal satu sama lain, sehingga ketika kami bertanya rumah Pak H. Asmawi yang akan kami inapi, penduduk sekitar dengan mudah menunjukkannya, bahkan mengantarkan kami.
Kami menyewa sebuah rumah berdinding tembok yang baru selesai dibangun milik Pak Asmawi. Biayanya 250 ribu rupiah semalam dengan fasilitas AC, tempat tidur, televisi, kipas angin, dan sekardus air minum kemasan.
Namun meski ber-AC, listrik hanya nyala pada pukul 4 sore hingga pukul 7 pagi saja. Maklum, seperti di pulau-pulau di gugus utara lainnya, listrik di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan berasal dari generator diesel yang menjadi sumber listrik untuk menerangi kedua pulau.
Secara umum sarana dan prasarana di pulau ini sudah lengkap. Sebuah bangunan SD yang kokoh, berdiri megah di Pulau Kelapa. Di SD Negeri Pulau Kelapa 01 Pagi, biaya pendidikannya gratis. Tidak ada pungutan apa pun yang dibebankan kepada siswa. Semua biaya sekolah mulai dari buku hingga seragam, dibebankan ke pemerintah melalui BOS.
Anak-anak cuma perlu baju seragam dan alat tulis, mereka pun bisa mengenyam pendidikan. Dana ini diperoleh dari BOS yang kebetulan ketua komite sekolah yang mewakili wali murid adalah Pak H. Asmawi. “Pokoknya sekolah tidak boleh memungut uang sepeser pun dari siswa,” tegas Pak H. Asmawi.
Selain gedung sekolah, terdapat instalasi penyulingan air yang dibangun dengan biaya dari dana kompensasi pengurangan subsidi BBM. Air payau yang diambil dari sumur kemudian disuling menjadi air tawar. Air-air ini kemudian dijual dalam jirigen yang dijajakan berkeliling menggunakan gerobak. Satu jirigen harganya 500 rupiah.
Oiya, meski disebut air “tawar”, air ini masih sedikit payau dan hanya bisa digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci. Untuk minum, penduduk lebih banyak membeli air dalam kemasan.
Tak jauh dari rumah tempat kami menginap, di bagian utara Pulau Harapan yang memanjang dari barat ke timur ini, terdapat sebuah taman dan dermaga yang cukup bagus.
Menurut informasi, dulunya sekitar dermaga ini akan dijadikan taman wisata untuk menarik wisatawan, bahkan dermaganya pun bisa dibilang lebih bagus daripada di Pulau Kelapa. Namun sayang seribu sayang, proyek yang dipegang oleh pemerintah ini pun mandeg, sehingga pembangunan taman yang hampir jadi ini pun terkesan terbengkalai.
Selepas beristirahat sejenak karena cuaca saat itu sangat terik, sore harinya kami jalan-jalan mengelilingi pulau. Setelah berfoto-foto di seputar dermaga Pulau Harapan yang bagus namun sayang tidak dijadikan sebagai dermaga utama, kami menuju ke barat, menuju ke ujung Pulau Kelapa untuk mengejar sunset.
Selama menelusuri jalan-jalan kampung di Pulau Harapan maupun Pulau Kelapa, saya menemukan banyak hal yang menarik, terutama mengamati kehidupan sehari-hari masyarakatnya hingga benda-benda, produk, dan makanan lokal yang dijual.
Anak-anak kecil yang bermain riuh di tengah jalan, para pemuda yang bermain sepak bola di lapangan di pinggir pantai, penjaja berbagai hal yang menggunakan gerobak yang dimodifikasi untuk menjajakan barang dagangannya, penduduk yang membuat bubu (perangkap ikan dari bambu), hingga memperbaiki kapal, menjadi pemandangan menarik yang tak ditemukan di Jakarta.
Sapaan dan sambutan warga pulau ini terasa lebih ramah dari Pulau Pramuka, Pulau Tidung, dan Pulau Panggang. Saya merasa di pulau ini meski lebih gersang, rasanya lebih nyaman. Di malam hari pun, suasana masih cukup ramai bila dibandingkan di Pulau Pramuka atau Pulau Tidung.
Tak terasa kami sampai juga di ujung barat Pulau Kelapa, setelah sebelumnya sempat menerabas kompleks pemakaman kampung yang keliatan angker. Tak terasa, jarak 2 pulau yang masing-masing membentang dari timur ke barat sudah kami lahap tanpa lelah. Sepotong senja yang indah pun kami terima sebagai hadiah.
Selepas Shubuh, kami sudah bersiap di dermaga Pulau Harapan. Perahu motor yang kami sewa seharga 300 rebu rupiah akan mengantarkan kami berkeliling pulau-pulau di sekitar. Tujuan kami adalah ke Pulau Manggaran yang terletak di sebelah utara. Namun tak ada yang cukup menarik, karena pulau ini hanya berupa hutan dan pohon bakau.
Kami berpindah ke Pulau Bulat, yang menurut penduduk setempat dimiliki oleh Tommy Soeharto. Di Pulau ini terlihat lebih bagus. Sebuah rumah yang cukup mewah, plus fasilitas pendukung, namun terkesan terbengkalai berdiri megah di situ. Sebuah bendungan mini yang digunakan untuk melabuhkan perahu motor dibangun di bibir pantai.
Kami pun memanfaatkan dermaga kayu Pulau Bulat untuk menggelar tikar, dan sarapan nasi uduk yang telah kami pesan di Pulau Harapan. Selesai sarapan, kami pun berenang-renang di dalam bendungan yang sedianya untuk berlabuh kapal tersebut. Tak berapa lama, romobongan diver dari Pulau Putri Resort juga datang ke sekitar pulau ini untuk bersiap menyelam.
Puas bermain air di Pulau Bulat, kami pun berpindah ke Pulau Bira Kecil, atau sering disebut dengan Pulau Kayu Angin. Pulau mungil ini sering dipakai untuk camping karena pantai berpasir putihnya cukup luas dan landai.
Namun untuk menuju ke sini, perahu tidak bisa merapat karena terhalang karang yang membentang sejauh sekitar 100 meter (karang ini pula yang mencegah ombak besar mencapai pantai, sehingga relatif aman untuk membuka tenda).
Sayang, pasir pantai putih ini dikotori oleh mereka yang sebelumnya berkemah di sini. Saya menemukan abu bekas api unggun dan seonggok sampah berupa botol minuman dan plastik.
Di sekitar Pulau Bira Kecil, masih banyak ditemukan ubur-ubur kecil. Bila tidak berhati-hati, kita bisa tersengat ubur-ubur ini, karena ubur-ubur berwarna transparan.
Puas bermain-main di Pulau Bira Kecil, kami pun kembali ke Pulau Harapan untuk bersiap pulang menggunakan kapal terakhir ke Muara Angke dari Pulau Kelapa, yang berangkat jam 1 siang.
Ketika perjalanan pulang ke Pulau Harapan, kami sempat mampir ke sebuah pulau milik pengusaha Tommy Winata, namun kami diusir oleh penjaga pulau.
342 buah pulau? Baru satu pulau (Ayer) yang aku datengi, masih kurang 341 pulau donk jadinya :p
342 buah pulau… belum satupun yang pernah. Foto sepasang disepotong senja keren… gokil mantabh…
katanya sih kotor lautnya. tapi penasaran: Ini pulau seribu yang di utara jakarta jauh ke laut ituh kan?
mpreet di Jogja ndak ada pulauuuu!!!
hwaaaa keren pantainya >.<
pulau bira kecilnya kayaknya keren mas
mantap juga neh pulau… ga kalah ama pantai2 di bangka 🙂
waaaaa…..keren keren keren gokil abis….
mau. bgt kesana…tapi kapan ya…
Jasa pembuatan website murah meriah buat kamu2..yang mau beli doamin juga ada….
340 menjadi mustahil dijajaki semua…jika tidak dimulai (lagi) 😀
Kaos Real Madrid pun ada di sana, eh dab, kok jalan paving block ga difoto?
wahhhh gila keren banget tempatnya, sorga dunia tuh…lautnya biru…banget
wuih…
mantaf…
perjalanan sampeyan bikin ngiri
entah kapan bisa berjalan2 bareng mas jeng2 ini
😀
Salam kenal Mas,
Kalau ke Aceh udah pernah belum?
Kalau belum, kami undang ya.
Wassalam,
Mus.
@kobun, iya ini pulau seribu yang ada diutara jakarta itu… memang waktu pertama kali lautnya rada kotor, tapi begitu rada tengah lau, langsung bersih..
di gili trawangan juga kebanyakan penduduknya keturunan pelaut bugis, kang. keknya saudara2 kita dari bugis emang beneran pelaut ulung deh. 😀
pantai pulau Bira nya mantap!!!
Mas..Minta info tentang semua biaya kalo mau liburan kesana..n rute dari bandara soetta dunk..n apa aja yang perlu disiapkan kalo berlibur kesana…….n sarannya pulau mana yang bagus untuk dikunjungi…
apik-apik fotone kang
Mau tanya dunk, kan saya dan teman2 dah pernah ketidung pi pakai EO, nah klo ke pulau sentosa ..better pake EO atau sendiri kalo mau cari hemat..
klo sendiri kira2 apa yg mesti diperhatikanya ya..
BTw. foto2nya bagus banget.
thank you yaaaa
sori pulau harapan maksudnyaaa..hehehehe
saya malah ndak pernah pake EO. asal jalan aja gitu. 😀
yang dipersiapkan ya semacam Anda jalan pakai EO. kebutuhan pribadi, dan sebagainya. biasanya yang dasar adalah transportasi, akomodasi, dan konsumsi. selebihnya, bebas bergembira. 🙂
Bang, numpang itinerary nya yak, sama numpang comot fotonya buat invitation hehe… thanx udah share liburannya
Ingin berlibur ke pantai atau wisata bahari tapi dekat dari Jakarta atau bahkan merupakan bagian dari kota Jakarta??? Mungkin sebagian teman-teman langsung berpikir bahwa pantai itu Ancol bukan? Nah, Selain Ancol yang udah padat dengan pengunjungnya masih ada lho tempat tenang yang jauh dari keramaian kota..yakni Taman Nasional Kepulauan seribu. Untuk Informasi Pulau Seribu, Pulau Bidadari, Pulau Pantara, Pulau Kotok, Pulau Putri, Pulau Ayer atau diPulau Sepa.. Hubungi kami :
Kantor Pemasaran Pulau Seribu :
Jl. Lodan Timur No.7 Marina Ancol Jakarta 14430.
Telp : (021)640 6166
Fax : (021)640 7344
Jl. Raya Condet, No. 1 Jakarta.
Telp : (021)8088 9688
Fax : (021)8088 9671
24 Hours :
08159977449 / (021)682 74005
Email : [email protected]
Website : http://www.pulauseribu-wisata.com
Facebook : http://facebook.com/pulauseribu
tempatnya keren pulau kelapa dah harpan yah?? hemmmmm… bira kecil juga bagus… ajak2 dong kalo kesana lagi gw juga cinta bgt sama pulau seribu…
thanks…
total abis brapa nih..???? PP…
saya udah 3 pulau yg di datengin…
rencana pengen ke pulau onrust nie…
dah pernah coba pulau perak blom mas,kang, bang atau apalah heheh..
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6400192
aslih tuh pulau perak klo mnurut ane pling okeh hehehhe.. mantaf pula cuminya.. selamad mencoba.. jngn lupa untuk d share ceritanya yah klo ksna ..hihihi
Bagi referensi dong mas buat TA
rencana, saya kepingin buat TA di pulau pramuka, harapan & kelapa
suka jalan2, ikutan Laguna aja. cek jadwal jalan2nya di www(dot)lagunatrip(dot)com
mau info nya dong total abis berapa? berikut sewa kapal disana? rencana mau kesana juni ini. thanks yah.
kepulau an harapan wisata nya yang paling banyak…..cuman pulau2 lain yang ambil gambarnya tersebut…..suasana di pulau harapan memeng asik….cuman ada 1 kekurangan untuk pulau tersebut…..yaitu tidak adanya listrik…..?
1 atau 2 tahun lagi pulau ini bakalan banyak di datangi turis lokal dan asing….Kemarin saja total turisnya itu 250 org,,..mantap lah buat pulau harapan,!!
Baru 5 pulau yg saya datangi…
hmmm banyak banget yg blmnya yah?!
keren nie kayaknya pulau harapan…
next trip brangkatinnn…
keren bgt dech mo coba kesana ach…
dari total 342pulau gw baru kunjungi 3pulau (ayer, untung jawa & tidung)…
Dear all Open Trip Pulau harapan 19-20Nov
only 340rb All in (makan 4x, transport muara angke harapan pp, penginapan AC, alat2 snorkeling, perahu keliling pulau, tips guide, retribusi pulau2)
cp 085718718748
hallo!!!
aku mau tanya nih,
paling asik ke pulau tidung, pulau pramuka atau pulau harapan ya?
thanks :)
ahahahjpk! :D http://is.gd/SEXY_Photo_DSC02305_JPG
Bingung mau kemana di Tahun Baru..??? Tour ke Pulau Harapan Yuk…
tourpulauharapan.com : 0818-07249252
keren nih! kemarin saya kesana. Nginap di Pulau Pramuka, singgah di pulau Tidung Besar-TIdung Kecil, Pulau Semak daun buat berenang dan snorkling. Lewat sebentar di pulau onrust dan pulau kayangan. Selesai dari sana, baru sadar kalo mau wisata pantai-laut, ga usah jauh2 ke Bali! DI sekitar Jakarta juga ada!
(btw..Kepulauan Seribu bukannya pulau nya ada 110?? mana yg benar?)