Pecel Semanggi Surabaya, Makanan Tradisional Yang Hampir Punah

Pas mudik Lebaran ke Surabaya beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan mencicipi kembali beberapa makanan khas yang kini agak sulit ditemukan. Salah satu makanan ini adalah Pecel Semanggi. Makanan ini konon sudah hampir punah karena sulit ditemui. Penjualnya rata-rata adalah ibu-ibu paruh baya yang berdagang keliling dengan menyunggi besek berisi bahan-bahan pecel. Kendala utama sih… Continue reading Pecel Semanggi Surabaya, Makanan Tradisional Yang Hampir Punah

Ramen 38, Kedai Ramen Bernuansa Jepang

Pas di Jogja, saya menemukan sebuah kedai yang menyediakan ramen, namun rasa dan suasanya sudah amat sangat terlokalisasi. Ramen “njawani” kalo saya bilang. 😀 Nah, beberapa waktu yang lalu, saya berkunjung ke Ramen 38 (Ramen Sanpachi) yang terletak di dalam Gedung Kamome, Jl. Melawai Raya No. 189 B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tepatnya berada di… Continue reading Ramen 38, Kedai Ramen Bernuansa Jepang

Gudeg Ceker Margoyudan, Juaranya Gudeg Solo

Gudeg rupanya ndak melulu menjadi monopoli Jogja. Meskipun berdekatan, namun cita rasa gudeg ala Solo ini berbeda dengan gudeg Jogja yang terkenal manis tersebut. Solo memang merupakan salah satu surga kuliner di Indonesia. Berbagai makanan enak banyak dijual dengan waktu penjualan yang berbeda-beda, mulai dari pagi hari, siang hari, malam hari, maupun dini hari.

Pizza Meteran, Lezatnya Panjang!

Pizza, ternyata ndak hanya berbentuk bundar seperti yang kita kenal selama ini. Isi atau toppingnya pun, ternyata ndak harus melulu itu-itu aja. Di Bogor, ada pizza yang dijual dalam skala ukuran meter. Ya, seperti beli kain, namun kita ndak harus beli sepanjang beberapa meter, namun cukup beberapa centimeter saja.

Nostalgia Ayam Bakar Sari Mulia Asli, Megaria

Kompleks Bioskop Megaria yang terletak di pertigaan Jalan Cikini Raya, Jalan Diponegoro, dan Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat ini rupanya menyimpan cerita kuliner nostalgia. Ayam bakar khas Solo ini selain mempunyai cerita historia tersendiri, juga membawa nuansa nostalgia rasa ayam bakar tempat saya besar, Solo.

Ayam Geprek Bikin Merem Melek

Berawal dari rasa penasaran saya terhadap nama menu yang cukup terkenal di Bogor ini, saya pun akhirnya mencobanya. Rasa penasaran saya semakin bertambah apalagi setelah melihat begitu banyak orang yang rela antri berdiri-diri hanya demi menikmati sepotong daging ayam.

Bubur Ayam Subuh versus Bandrek Abah

Sebenernya kapan sih waktu yang mantab untuk makan bubur ayam? Pagi? Siang? Malam? Urusan buryam begini, si Nona van Bogor lebih pandai berpantun, eh menuntun. 😀 Namun pas Ngubek Pasar Subuh Blok M beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan sensasi berbeda dari bubur ayam. Menikmati bubur ayam dengan backsound adzan Subuh! :))

Kue Putu Tanpa Bambu

Saya jadi teringat tebak-tebakan jaman kecil dulu. “Penjual apa yang menjajakan dagangannya dengan cara menangis?” Yak, pedagang Kue Putu, jawabannya. Bukan karena penjualnya beneran nangis, namun suara “hhuuuuuuu” panjang dari cerobong peluit yang tertiup uap air yang mirip dengan suara tangisan inilah sebabnya.

Kecap Zebra, Kecap Asli Bogor

Pas keluyuran ngicip-icip penganan di Bogor kemarin, saya menemukan penjual soto yang menggunakan kecap (cap) Zebra. Konon kecap ini adalah kecap asli Bogor yang telah ada sejak kurang lebih 60 tahun yang lalu.

Kue Gambir, Dodol Khas Bali

Jumat lalu, Dewi mampir ke BHI. Beliau membawa oleh-oleh berupa brem, kacang, dan sebuah bungkusan berwarna ijo yang diikat rafia merah. Perhatian saya langsung tertuju ke benda yang terbungkus daun tersebut. Bungkusan apakah itu?