Di kawasan utara Jogja, sekitar 12 km dari pusat kota, terdapat sebuah candi yang orang mungkin ndak banyak tau. Walau terletak di kawasan yang padat penduduknya, keberadaan candi ini seolah-olah masih terkucilkan.
Candi Gebang, candi mungil ini ditengarai merupakan candi bercorak Hindu tertua di Jogja, bahkan diperkirakan lebih tua dari Candi Kalasan, candi Budha tertua di Jogja itu.
Menuju ke sini, seakan-akan memberikan kesan kontras. Candi yang terletak di Desa Gebang, Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, yang merupakan kawasan pemukiman padat ini ternyata kondisinya cukup memprihatinkan.
Mengikuti papan petunjuk ke arah candi yang mulai usang membuat kita seakan bertanya, apa iya candi ini terletak di antara pemukiman perumahan? Benar saja, candi ini rupanya memang terletak di “pinggir” kawasan perumahan itu.
Terletak di tengah areal persawahan, jalan menuju ke candi ini pun bisa dibilang jalan tanah setapak. Ah, tapi saya pernah menyusuri candi yang lokasinya lebih mengenaskan, kok. 😀
Menakjubkan! Walau lokasinya “terpencil”, namun kondisi kompleks candi ini sangat terawat. Berpagarkan kawat berduri mengelilingi, makin menguatkan kesan “terpencil” tersebut.
Ketika saya datang di sore hari, pintu masuk pagar terkunci. Di dalam pos penjaga, ndak ada orang yang bisa saya temui.
Saya melihat sebuah selokan tanah yang terdapat lubang kecil di bawah untaian kawat berduri tersebut. Pikiran ala maling saya bekerja, saya pun nekad menerobos masuk melalui selokan tadi! >:)
Ah, perasaan amaze ketika melihat bangunan candi kembali merasuk jiwa. Sebuah perasaan yang ndak saya temukan di tempat lain, kecuali di candi tentunya. Apalagi dengan situasi sunyi semacam ini, membuat saya lebih leluasa menikmati dan mengagumi keindahannya. Ah, benar-benar menenangkan jiwa!
Candi ini ndak besar, berukuran sekitar 5,25 x 5,25 meter dengan tinggi 7,75 meter, terletak tepat di tengah-tengah halaman yang banyak ditumbuhi pohon sukun dan akasia.
Ndak banyak informasi mengenai latar belakang dibangunnya candi yang ditemukan pada bulan November 1936 ini. Bahkan siapa raja yang membangun dan maksudnya apa juga masih misteri.
Berawal dari penemuan sebuah arca Ganesha oleh penduduk, yang setelah ditelusuri rupanya arca ini merupakan bagian dari bangunan candi. Ndak ada prasasti yang ditemukan sehingga usia candi hanya bisa diperkirakan dari corak dan bentuk fisik bangunan candi.
Candi ketika ditemukan kondisinya sangat mengenaskan, yaitu berupa reruntuhan bangunan. Pemugaran kembali candi ini kemudian dilakukan pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1939 di bawah pimpinan ilmuwan Belanda, Prof. Dr. Ir. Van Romondt.
Ciri-ciri fisik bangunan menunjukkan bahwa candi ini bernafaskan Hindu, dengan ditemukannya arca Ganesha, Yoni, dan Lingga.
Seluruh tubuh candi ini sangat polos, tanpa ukiran relief, ndak seperti candi Hindu lainnya. Kalo pun ada, kesannya masih sangat sederhana. Dari sinilah diperkirakan, candi ini dibangun pada awal-awal abad ke-7, sekitar tahun 730 sampai 800 M.
Candi ini menghadap ke timur, dengan sebuah ruangan berisi Yoni dengan cerat menghadap utara tanpa Lingga. Pada bagian atas pintu masuk, terdapat semacam kanopi dengan hiasan Kala yang sederhana.
Uniknya, saya ndak menemukan tangga untuk masuk ke dalam ruangan ini yang biasanya berhiaskan Makara.
Di kanan-kiri pintu masuk, hanya ditemukan arca Nadiswara pada sebelah kanan, sedangkan arca Mahakala di sebelah kiri ndak ditemukan.
Dinding candi sebelah utara dan selatan hanya ditemukan relung kosong, sedangkan di bagian barat terdapat arca Ganesha yang berada pada sebuah Yoni dengan cerat menghadap utara.
Menilik dari ciri candi Hindu yang semasa, seperti yang dapat dilihat pada Candi Sambisari dan pada candi ketiga pada kompleks Candi Gedong Songo, seharusnya relung di sebelah utara diisi oleh arca Agastya dan di sebelah selatan adalah arca Dewi Durga.
Kaki candi berupa teras yang tinggi tanpa ukiran relief apa pun juga menunjukkan usia tua dari candi.
Melihat ke atap, saya terkejut. Ada sesuatu yang berbeda bila dibandingkan dengan candi-candi Hindu lainnya. Atap yang terdiri atas 3 tingkat ini cukup unik dan menarik.
Pada tingkat pertama, terdapat sebuah relung dengan relief kepala manusia pada keempat sisinya. Dari bentuk penutup kepala manusia ini, diperkirakan merupakan gambaran pendeta Hindu.
Hal ini diperkuat dengan sebuah relung berhias Kala-Makara pada atap tingkat kedua yang kali ini berupa sosok manusia yang sedang duduk bersila.
Pada bagian puncak, atapnya ndak berbentuk Ratna atau Stupa, namun merupakan Lingga silinder yang berada di atas Seroja.
Ketika saya merunut, rupanya bila Lingga di atap ini ditarik garis lurus, posisinya tepat berada di tengah-tengah Yoni yang ada di dalam candi. Hal ini diperkuat dengan adanya relung pada bagian atap sebelah dalam candi.
Hiasan Lingga di atas Seroja ini juga ada pada masing-masing tingkat atap. Selain itu, hiasan berupa Antefix pun dapat kita temukan pada tingkat bagian atas.
Dari ukiran-ukiran arca pendeta Hindu ini, bisa jadi candi ini sering digunakan oleh para pendeta untuk menenangkan diri dan bertapa. Hal ini didukung dengan suasana nyaman, sejuk, dan asri karena di sekeliling terdapat pohon-pohon yang rindang. Saya bahkan menemukan beberapa ekor kupu-kupu yang berterbangan di sekitar candi ini seakan memberikan kesan damai.
Berkunjung ke kompleks candi ini bisa menjadi alternatif wisata dan edukasi. Suasana asri dan menenangkan ini bisa menjadi obat gundah gulana, seperti apa yang saya rasakan kemarin itu.
Karena hari mulai beranjak senja, saya pun terpaksa mengakhiri kunjungan saya di candi ini. Ah, sepertinya saya akan merindukan lagi tempat ini..
pertamax gyahahahah
Wah, gak mampir ke tempat saya Mas??
Deket kost-an sayah tapi ga pernah ke situ. :))
ahhh,..
saya gak jadi2 kesana /:)
Itu yang di desa-nya Tika kan?
desanya mas zumux ya
asik, posting candi lagi hihihi 😀
jadi tika tinggal di candi?
ehm, saya punya kenangan manis 8-> di candi gebang, sama mantan pacar saya yang sekarang jadi istri saya :”> 😡
eh aku mau komentar foto ah. foto yg pertama itu detail candinya sudah cukup oke, tapi langitnya overexposure mat. coba deh foto lagi dg metering evaluative, exposure bisa valuenya diturunkan -1/3 ato -2/3, abis gitu ditembak pake fill-in-flash. niscaya langitnya kan nampak lebih biru. nggak kalah sama foto masjid jami disini 😉
kembali ke selera asalmu zam…
si muka candi
😀
wah sampeyan ki sarjana sain opo sarjana sejarah je zam? :d
*baca komengnya pak yahya*
OOOOO…..jd pacaran di candi ga terbukti berbahaya bg kelanggengan sebuah hubungan kaaaannn ???;)
ulasan sampeyan sudah berasa seperti ulasan arkeolog, well done!
@restlessangel
😮
ya jelas tidak berbahaya, wong saya sering pacaran di candi, termasuk prambanan yang katanya paling “berbahaya” untuk orang pacaran, ^^v
patung ghanesa..aku jamin bisa nembus lebih dr 300juta,….
wah candinya bagus yaâ„¢
hohoho.. pernah liwat tapi ndak pernah mampir. kalo tinggal disana suka berasa ngga penting mengunjungi tempat-tempat itu, kecuali menemani sodara yang sedang berlibur ke Jogja… hihihi
sekarang setelah tinggal jauh dari Jogja, berasa menyesal kenapa dulu ngga menjelajah… [-(
interesting 😕
loh iku blusukan e dewean ta?
untung gak kesangkut kawat berduri ya kang :d
mengenai pacaran di candi saya belum pernah :-” tapi mungkin kalo pacaran lebih asyik dibawah pohon..apalagi pohon bambu ^^v
rumah TIka sebelah mana-nya Zam?
opo Tika tetangaan ama Arca Ganesha yo :-/
gambarnya keliatan adem, dan gak panas, bener gak tuh
wah keren candinya 😀
peng.. klo patung ganesha nya dituker sama patung budha gimana ??? imbang ngga ?
Bagus bener blognya… gimana cara bikinnya yah :”>
bikin denahnya dong…..??????
hai..
salam kenal dari vya..
aku merasa untung banget!karena ada JENGJENG!!
soalnya aku disuruh cari tentang candi gitu deh..
thanks iaapp..
Thanks info candinya …
ini sgt bgs disebar luaskan lohhb-)
info yang sangat menarik… ada artikel yang lain lagi yang lebih detail soal candi hindu?
aku lagi mempelajari detail bangunan candi hindu nih… ada yang bisa bantu tag?
DI JAWA BANYAK ADA CANDI CANDI.SEANDAINYA SAJA PEMDA DI JAWA PEKA DENGAN POTENSI INI BUKAN MUSTAHIL JAWA JADI DESTINATION WISATAWAN SEPERTI BALI.PELIHARA DAN JAGA CANDI-CANDI ITU.LAKUKAN MARKETING YANG BAGUS.NISCAYA RAKYAT JAWA BISA HIDUP DARI PESONA CANDI-CANDI TERSEBUT.
Lah..koq aku malah nggak tau deketku ada candi kayak gitu.. haha.. parahh!!!
:-?:-? heran aja kenapa candi banyak ngga di pedulikan skg ini…
MAlu akan sejarah dulu ?atau memang nggak peduli
http://kebangkitan-hindu.blogspot.com/
Kok kesannya gak terawat ya.
aku baru tau candi ini setelah nonton sepakbola di stadion.. ternyata candi ini letaknya 1 komplek ama stadion maguwoharjo,,, wah sebelum ada stadion candi ini gak pernah kliatan,,, apalagi uda ada stadionnya makin nyungsep aja tuh candi….. tapi sekarang mo dibikin program paket wisata dengan waduk tambakboyo yg baru di bangun juga.. letaknya gak jauh ama candinya…
adagak sih pameran benda purbakala temuan pribadi?tanpa harus sembunyi dari pemerintah ?
kayaknya saya belum pernah kesini
blom punya fotonya soalnya
yaeh… gmana maju
kita pernah ada program perbaikan jalan menuju candi itu ajah… kita swasembada.. minta bantuan purbakala gak pernah di ada realisasinya..kok.
yeah jadi males lah…
padahal kita punya program yang banyak buat mendukung keberadaan candi tersebut…
ketua Kt-Gas
karang taruna Gebang Abhimana Satya
we love our templle… prikituww
mas,ada candi abang..sudah tidak berwujud candi, hanya tampak gundukan tanah. katanya disebabkan material candi dari batu bata,sehingga lebih rapuh.arahnya bisa dari blok O ikut jalan ke timurrr..nyusur AAU
keren banget peninggalan jaman dulu.